Gresik United In Future, Good Suggestion for You

Diambil dari kolom ‘Bungklang Bungkling’, ‘Prai’, di harian Bali Post, Minggu, 2 Januari 2011, oleh I Wayan Juniartha. Diterjemahkan oleh Putu Semiada




Prai (Libur)

Saat ini sedang berlangsung perdebatan yang seru di warung tuak. I Made Microsoft Golden Way berperan sebagai pembicara.

“Inilah yang menyebabkan orang Bali sulit untuk berkembang. Mereka tidak punya etos kerja dan kebanyakan lembek, not tough,” katanya sembari memakai kata-kata bahasa Inggris, seperti SBY.

“Kalian jam segini sudah bisa santai di warung tuak. Kalau saudara-saudara kita orang Jawa, bisa sampai larut malam mereka kerja. Sehabis itu istirahat sebentar, terus pagi-pagi sekali mereka mulai berkerja lagi.”

Kalau orang Bali, baru bangun minum kopi dahulu. Sehabis itu mereka membaca koran. Lalu mereka ngobrol dengan tetangga. Menjelang siang mereka baru mulai bekerja dan itupun cuma sebentar. Sehabis itu mereka cepat-cepat mencari ‘lawar kuir’ untuk makan siang. Singkat cerita, tahu-tahu sudah sore. Waktunya pulang dan minum kopi.

Mereka santai-santai saja mendengar ocehannya I Made. I Made baru datang dari Amerika. Katanya libur akhir tahun. Katanya, di Amerika orang bekerja siang dan malam. Mereka sangat professional, tambahnya.

“Disamping itu banyak sekali hari libur di sini. Makanya Bali diartikan sebagai ‘Banyak Libur’. Jika ada anak teman mengadakan upacara otonan (upacara 6 bulanan), kamu ambil libur, teman istri melukat, kamu ikut libur. Jelas orang Bali not productive sama sekali,” tambahnya lagi sambil di selingi bahasa Inggris.

Karena jajan nagasarinya sudah habis, maka mulailah mereka untuk menanggapi pidatonya I Made.

“Kamu kira orang Bali sering mengambil libur karena malas, tidak senang bekerja?” I Putu Jengah Sumangah menyela.

“Sebenarnya, orang Bali sering mengambil libur untuk menjaga agama dan budaya Bali,” lanjut I Putu berapi-api.

Kamu kira upacara (odalan) di Kahyangan Tiga bisa selesai dalam waktu satu hari? Memangnya bisa melaksanakan ngaben dalam waktu satu atau dua jam?”

Kalau odalan di pura, paling tidak perlu waktu satu minggu, mulai dari persiapan, jika ada saudara yang mau ngaben bisa sampai satu bulan meskipun ada saudara yang membantu, jika desa mengadakan upacara ngenteg linggih, bisa-bisa satu bulan warganya libur.

“Jika bukan kita yang mengambil pekerjaan itu, siapa lagi? Kamu kira orang-orang Jawa yang akan bisa melaksanakan upacara? Kamu kira turis-turis itu akan mau membantu ikut ngayah?”

Turis, orang Jawa, dan juga orang Bali yang lahir di luar negeri, memang senang memuji-muji Bali serta terpesona dengan budaya Bali. Mereka senang sekali mengambil foto ngaben dan tarian-tarian. Namun semuanya pura-pura tidak mengerti bahwa supaya bisa menyelenggarakan Pelebon Agung, supaya bisa menari, orang Bali harus banyak mengambil libur.

“Kelihatannya saja libur, namun sesungguhnya kami bekerja, tetapi kami bekerja untuk menghibur hati sebagai orang Bali. Artinya kalau ingin Bali tetap lestari, maka wajib mengambil libur banyak-banyak.”

Sekarang justru I Made yang tidak bisa menjawab.