Gresik United In Future, Good Suggestion for You

Showing posts with label Lebaran di Bali. Show all posts
Oleh: Maria Ekaristi & Agung Bawantara

Bagi wisatawan domestik, Bali rupanya merupakan salah satu tujuan yang pas untuk mengisi liburan Lebaran. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia cukup padat. Kunjungan tersebut terkonsentrasi di obyek-obyek wisata yang sudah terkenal seperti Kawasan Kuta-Legian-Seminyak, Pantai Lovina (Bali Utara), Bedugul, dan pusat-pusat perbelanjaan murah untuk oleh-oleh. Tumpleknya wisatawan tersebut membuat kemacetan yang cukup hebat di sejumlah ruas jalan di kawasan-kawasan tersebut.

Kawasan yang mengalami kemacetan paling parah hingga hari ke-tiga libur Lebaran ini adalah kawasan Pantai Kuta. Hampir seluruh jalan kawasan yang dikenal sebagai ikon penting pariwisata Bali ini dipadati kendaraan roda dua dan roda empat. Sebagian di antaranya adalah kendaraan pribadi berplat nomor luar Bali. Sebagian lagi kendaraan sewaan plus taksi dan angkutan umum. Hal ini diperparah oleh deretan kendaraan yang diparkir di sisi jalan.

Kemacetan juga terjadi di jalan raya Tohpati hingga Celuk. Kemacetan ini merupakan luberen dari menumpuknya jumlah kendaraan yang menuju Pasar seni Sukawati dan Pasar Seni Guang. Di ruas-ruas jalan tersebut ratusan kendaraan merambat pelan dengan kecepatan maksimal 15 kilometer/jam. Mendapat luberan dari Sukawati, ruas jalan Batuan-Celuk juga macat. Di jalur ini kemacatan diperparah oleh rusaknya aspal jalan oleh gerusan air hujan yang tak segera diatasi oleh pihak yang berkompeten.

Obyek wisata Bali Safari & Marine Park, Gianyar yang memiliki lahan parkir yang cukup luas pun tak mampu menampung jejalan kendaraan pengunjung. Ratusan kendaraan yang datang ke lokasi tersebut memeluber hingga ke jalan by pass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra.

Beberapa wisatawan yang dimintai tanggapannya tentang kondisi ini mengatakan tetap happy menikmati liburannya.

“Ini merupakan romantisme tersendiri dalam berlibur di musim padat kunjungan,” ujar Rudi, pelancong asal Malang, Jawa Timur, yang datang bersama keluarganya mengendarai mobil pribadi.

Namun ada juga yang merasa penat menghadapi kondisi itu.

“Waktu liburan kami habis di jalanan. Untung anak-anak nggak sampai rewel,” cetus Endang, pelancong asal Bandung, Jawa Barat, yang berlibur bersama keluarganya dengan mengendarai mobil sewaan.

Meski berbeda cara menanggapinya, tapi ada satu hal yang sama-sama diharapkan oleh para pelancong tersebut, yakni perbaikan sistem transportasi di Bali.

“Jika ada sarana transportasi alternatif yang lebih lancar dan nyaman, kami akan memilih menggunakan itu untuk menikmati Bali,” tandas Rudi sambil menyunggingkan senyumnya.

On Labels: | 0 Comment

Oleh: Maria Ekaristi & Agung Bawantara

Hari pertama libur Lebaran, sebagian pulau Bali tampak lengang. Maklum, ratusan ribu penduduk Bali adalah penduduk pendatang pemeluk agama Islam. Mereka berdomisili di Bali untuk bekerja di berbagai sektor, terutama di sektor informal seperti pedagang, buruh bangunan, buruh tani, pemulung, pelayan toko, dan banyak lagi. Ribuan lainya bekerja sebagai pegawai negeri, aparat keamanan, dan profesional. Dan, pada hari idul Fitri sebagian besar dari mereka pulang kampung untuk merayakannya. Itulah yang menyebabkan Bali menjadi lengang saat lebaran tiba seperti yang terlihat pada hari Jumat (10/9) kemarin.

Seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, toko-toko di kawasan Kuta, Legian, Seminyak, Tuban dan Denpasar sudah tak beroperasi sejak H-3 Lebaran. Di pintu, mereka menempelkan tulisan bahwa mereka akan beroperasi kembali tiga hari setelah Lebaran.

Namun, tak semua pendatang Muslim itu mudik untuk merayakan Lebaran. Ada juga sebagian yang merayakannya di Bali. Mereka berlebaran (bertakbir dan shalat Ied) bersama para pemeluk Muslim yang sudah menetap di Bali secara turun-temurun.

Berbeda dengan para pendatang yang meninggalkan Bali saat libur Lebaran, ribuan wisatawan dari berbagai kota besar di Indonesia justru menyerbu Bali pada hari-hari itu. Cuti bersama yang cukup panjang mendorong mereka untuk berlibur di Bali bersama keluarga. Banyaknya pelancong yang berbondong ke Bali itu membuat kamar-kamar hotel dan kursi-kursi pesawat seluruh maskapai yang menuju Bali, ludas terjual. Saking banyaknya pesanan, harga tiket pesawat ke Bali melesat hingga dua kali lipat. Harga tiket ekonomiyang pada hari biasa berkisar antara Rp500-700 ribu, pada masa libur Lebaran ini melonjak menjadi Rp1,2-1,4 juta.

Hotel-hotel di kawasan Kuta, Legian, Seminyak, dan Sanur, terutama yang menyediakan paket khusus lebaran, juga terisi penuh. Paket-paket yang dirancang bersama biro perjalanan wisata itu berupa layanan liburan selama empat hari tiga malam. Acaranya seputar nonton barong, wisata ke Kintamani, Tampak Siring, Goa Gajah, Ubud, Taman Ayun, Bedugul, Alas Kedaton, Tanah Lot, dan Shopping. Harga per paket per orang berkisar antara Rp150 ribu hingga Rp910 ribu per pax.

Karena ramainya kunjungan, meski toko-toko pada tutup, jalan-jalan di kawasan Pantai Kuta dan sekitarnya pun menjadi macat.

On Labels: | 0 Comment

Suasana perayaan Hari raya Idul Fitri tidak saja terasa di daerah-daerah yang warganya mayoritas beragama Islam, tetapi juga terasa di kawasan wisata Legian. Bedanya, jika di daerah-daerah yang warganya mayoritas Muslim, pada hari ini terasa marak oleh hilir mudik warga dengan wajah cerah mengunjungi kerabat atau tempat-tempat hiburan, di kawasan Kuta dan sekitarnya justru sebaliknya. Situasi di wilayah yang berdampingan dengan kawasan Kuta itu terasa lengang. Ini terjadi karena sebagian besar karyawan toko kerajinan, toko aksesoris, warung makan, tukang tato, tukang pijat, hingga pedagang asong di kawasan tersebut beragama Islam dan mudik ke Jawa atau ke Lombok untuk berlebaran. Hanya jalan Padma yang tampak sedikit marak.

Kelengangan bukan hanya terjadi pada saat Idul Fitri, melainkan sudah terjadi dua hari sebelumnya. Bahkan, ada beberapa toko yang sudah tutup empat hari sebelumnya.

Bagi toko-toko yang masih buka, suasana seperti itu terasa kurang nyaman. Soalnya, kedatangan turis pun ikut surut. "Turis-turis jadi ndak ada yang datang. MUngkin mereka merasa suasananya jadi ndak menarik kalau sepi," ucap Kadek Warni, penjaga toko aksesoris di jalan Arjuna, Legian.

Menurut Kadek, biasanya suasana seperti ini akan berlangsung hingga dua hari setelah Lebaran. Setelah itu, suasana akan marak kembali.

Namun kelengangan itu tak terjadi di kawasan Kuta, Dreamland dan Uluwatu. Ketiga kawasan tersebut penuh sesak oleh pelancong. Kalau di kawasan Kuta sesak oleh pelancong mancanegara, di kawasan Uluwatu dan Dreamland sesak oleh pelancong domestik. Karena sebagian besar dari pelancong tersebut menginap di Kuta, maka pada jam-jam setelah matahari terbenam, hampir seluruh ruas jalan kawasan tersebut macet berat. Di ruas-ruas jalan menuju Kuta, antrean mobil para pelancong merayap hingga hampir satu kilometer panjangnya. (abe/jjb)

On Labels: | 0 Comment