Gresik United In Future, Good Suggestion for You

Showing posts with label meteorology and climatology. Show all posts
Puncak Jaya: Dok. Zadrak Herman

Kisah seorang peneliti Belanda Jan Cartensz, tahun 1623 mengejutkan orang-orang Eropa. Bahwa ia melihat gletser dan salju di sebuah puncak gunung Papua yang terletak pada garis Khatulistiwa. Nama Cartensz pun di abadikan sebagai nama puncak ini. Namun kini setelah 387 tahun, gletser Puncak Jaya itu bakal sirna 4-5 tahun lagi, karena perubahan iklim yang sangat ekstrem sejak tahun 1970an. Perubahan iklim sejak tahun 1970 an ini tidak hanya menyusutkan gletser di puncak jaya tapi juga di zona-zona lain.


Kisah hampir serupa juga datang dari glacilog Lonnie Thompson asal Ohio University, Amerika Serikat. Pertengahn Juni 2010 ia memimpin proyek penelitian pengeboran inti es Papua 2010 yang dilakukan atas kerja sama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan Byrd Polar Research Center (BPRC) The Ohio State University, beranggotakan sejumlah peneliti dari Amerika Serikat, Rusia, Prancis dan Indonesia.

ekspedisi  Thompson

Thompson mengebor bongkahan es di puncak Jaya 4.884 meter. Puncak jaya adalah gunung tertinggi di Ocenia dan satu-satunya tempat di kawasan Asia Pasifik Tropis dengan es gletser yang dapat dipelajari oleh para ahli untuk melihat bagaimana iklim berubah selama berabad-abad. Usai mengobar bongkahan es Thompson melihat bahwa gletser di Puncak Jaya sekarat” these Glacier are dying” (reuters,2010)

Satu gletser adalah massa es yang bertahun-tahun bergerak di atas tanah. Satu gletser terbentuk pada wilayah yang akumulasi massa salju es melebihi ablasi selama bertahun-tahun. Kata gletser berasal dari bahasa latin Glacia atau glacies yang berarti es.

Es gletser adalah reservoir air segar di daratan, selain lautan sebagai reservoir terbesar air. Gletser adalah indicator iklim, perubahan permukaan laut dan menjadi sumber air. Gletser ada pada sekitar 47 negara seperti di Antartika, Patagonia Cile, Kanada, Alaska, Greenland, dan Iceland. Geletser di puncak gunung terdapat di Andes, Himalaya, rocky Mountains, Caucasus, dan Alpen.

Salju Puncak Jaya dapat dicapai peneliti Belanda Hendrik Albert Lorentz tahun 1909. Ia dipandu oleh penunjuk jalan asal dayak Kenyah, Apo Kayan, Kalimantan. Sejak itu sampai tahun 1962, tidak ada ekspedisi ke Puncak Jaya, kecuali ekspedisi yang dipimpin oleh ahli pendaki gunung asal Austria, Heinrich Harrer, bersama rekannya Temple, Kippax dan Huizenga.

Meskipun tidak ada es di puncak Jaya, namun ada beberapa gletser di lerengnya seperti Cartensz Glacier dan Northwall Firn. Letaknya di garis khatulistiwa dengan sedikit variasi suhu rata-rata pertahuan sekitar 0,5 derajat celcius sedangkan gletsernya berubah musiman.
Hasil analisis catatan sejarah gletser yang langka di garis khatulistiwa ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan besar gletser puncak Jaya sejak tahun 1850. Gletser di puncak Trikora Gunung Maoke sirna natara tahun 1936-1962. Sejak tahun 1970an data image satellite menunjukkan bahwa gletser Puncak Jaya mencair sangat cepat. Gletser Leren Mencair antara tahun 1994-2000.

Kelompok peneliti pimpinan Lonnie Thompson selama 13 hari tinggal di tiga titik gletser yang masih ada di Papua yaitu gletser Cartensz, E.Nortwall Firs dan W.Northwall Firs yang hampir habis atau hilang.Menurut pengakuan Lonnie Thompson, selama 13 hari berada di kawasan gletser Papua, gletser setempat mengalami penurunan sekitar 30 centimeter. Ia memperkirakan, setiap tahun gletser Papua hilang beberapa meter.

Lonnie Thompson mengatakan, proses pencairan es pada gletser Papua sangat cepat akibat dari faktor iklim, di mana setiap hari di kawasan itu selalu turun hujan.
"Benar kalau gletser di sini kemungkinan akan cepat habis karena setiap hari turun hujan. Hujan merupakan salah satu faktor cuaca yang paling cepat menghabiskan gletser," katanya.
Selama berada di kawasan gletser Papua, Lonnie dan rekan-rekannya mengambil sampel 88 meter Ice Core dengan mengebor enam inti es sampai dasar es, lalu dipotong-potong menjadi satu meter dan dimasukan ke dalam freezer untuk diteliti lebih lanjut di Ohio State University Amerika Serikat.

Thompson telah memimpin 57 misi riset gletser pada 16 negara dari Cina sampai Peru. Namun gletser di Puncak Jaya, sangt istimewa baginya. Karena gletser ini berada sepanjang tepi lautan pasifik yang paling panas di dunia dan dapat member petunjuk tentang pola cuaca kawasn yang merupakan misiing link yang belum dipelajari. Dari kawasn inilah asal badai elnino, pemanasn periodic di timur dan tengah pasifik dapat bergerak ke Asia Tenggara dan Australia sehingga mempengaruhi musim Glester puncak Jaya adalah satu-satunya arsip tentang kisah fenomena khatulistiwa. Es penutup sebagian besar puncak Jaya ribuan tahun silam, kini hanya seluas 1 mil persegi laurnya dan 32 yar kedalamannya. Gletser dunia telah menyusut sepanjang Alaska, Alpen, Andes dan zona lainnya.
Sample es yang di ambil dikirim ke gudang dingin di Columbus, Ohio. Ahli gletser akan menganalisa lapisan-lapisan e situ. Serpihan debu yang jatuh musiman memudahkan peneliti menghitung tahun-tahun. Isotop-isotop oksigen yang terperangkap di lapisan es membantu peneliti memamhami cuaca. Tim Thompson berharap dapat m menemukan abu vulkanik dari letusan gunung Karakatau dan gunung Tambora.

yeli sarvina dari berbagai sumber,
1. www. antaranews.com
2. Fierra setyawan, M.Si.  Research Program on Puncak Jaya ice Core Climate History: Premilinary result, disampaikan dalam International Symposium on equatorial Monson System 28-29 Juli 2010
3. Dinas Kehutanan Papua

On Labels: , | 0 Comment

“Sekarang musim apa mba?’, “ Kenapa hujan di musim kemarau ? “, “ Ada apa dengan musim di Indonesia Saat ini?”. Itulah tiga pertanyaan yang banyak ditanyakan ketika aku berada di pameran Pekan Serelia Nasional I di Maros akhir pekan lalu. Wajarlah mereka menanyakan itu padaku , maklum aku berdiri di bawah sebuah banner bertuliskan iklim. Tell the truth, pertanyan ini tak hanya menjadi pertanyaan masyarakat, tapi pun di pertanyakan oleh sebagian besar climatologist dan meteorologist di dunia ini. Fenomena sampai Juli 2010, di luar prakiraan. Ini lah salah satu indicator bahwa saat ini pola iklim telah berubah sehingga sangat sulit untuk diprediksi. Frekwensi Anomali dan kondisi ekstrim semakin sering terjadi.

Sampai Juli 2010 ini curah hujan masih sangat tinggi di sebagian wilayah Indonesia. BMKG melalui info berjalan di TV One menyebutkan pada bulan Juli ini tercatat 150 kali Kejadian hujan Ekstrim. Tapi sayang kita tidak bisa mengetahui dimana hujan ekstrim itu terjadi dan berapa intensitas keekstrimannya. Info terakhir mengenai hujan ekstrim di web site resmi BMKG yang tersedia adalah bulan Juni. Saya sendiri memberikan apresiasi bagi teman-teman di Stasiun Klimatologi Pondok Betung yang membahas setiap kejadian iklim ekstrim di wilayah kerjanya dan di publish di websitenya. Tapi di website stasiun klimatologi Bogor , dimana saya berada, keadaan tersebut tidak dibahas. Harapan saya dan tentu harapan sebagian masyarakat Indonesia, setiap stasiun UPT BMKG melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Staklim Pondok Betung. Membahas iklim ke kinian di web site resminya. Sehingga masyarakat mendapatkan info yang tepat dari orang yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan dan dibahas secara spesifik lokasi.

Sebenarnya ada beberapa lembaga lain yang melakukan pemantaun iklim di Indonesia, Tapi jika hasil pantaun ini di publish ke kalangan umum maka menyalahin UU BMKG. Sehingga BMKG benar-benar diharapkan dapat memberikan infomasi dan ulasan lebih akurat dan lebih cepat (real time).

Prakiraan musim Kemarau 2010

Pada kompas edisi Rabu, 10 Maret 2010 pada sebuah berita bertajuk “El Nino dan Tiga Indikator Pengaruhi Musim Kemarau” disebutkan bahwa hasil pemantauan El Nino pada akhir Februari 2010 masih berlangsung dengan intensitas moderat. Sementara prediksi Maret hingga Juni 2010, El Nino melemah hingga berubah netral. Nilai indeks Dipole Mode pada Februari 2010 berkisar antara minus 0,4 dan 0,4. Ini mengindikasikan pergerakan uap air Samudra Hindia dari arah selatan India atau timur Afrika menuju wilayah Indonesia dalam intensitas normal. Intensitas Madden Julian Oscillation (MJO) pada Februari 2010 terpantau 0,8 yang terus melemah hingga minggu pertama Maret 2010. Kondisi demikian mengindikasikan tidak ada penambahan awan hujan. ”Kesimpulannya, kemarau akan normal,” kata Sri Woro. Berdasarkan data yang disampaikan Kepala Humas BMKG Edison Gurning, musim kemarau di beberapa wilayah di Indonesia—sebagian besar di wilayah Jawa Timur—mulai lebih awal.

Sebuah sumber lain menyebutkan: El Nino telah terjadi sejak Juni 2009, diprediksi berlangsung hingga pertengahan musim kemarau 2010 dan cenderung menyebabkan musim kemarau datang lebih cepat, meskipun demikian intensitasnya lemah-moderat karena lautan di sekitar wilayah Indonesia masih cukup hangat. Sampai akhir Januari 2010 perpindahan massa udara dan uap air telah terjadi dari wilayah Indonesia menuju ke samudera pasifik equator. Ini terlihat dari pola angin udara atas paras 850 mb. Model iklim “Decadal Prediction System” yang dikembangkan Meteorologi Office, Inggris memprakirakan tahun 2010 merupakan tahun dengan suhu global terpanas dalam sejarah meteorologi dunia, melampaui suhu panas El Nino 1998.

Dalam buku prakiraan Musim Kemarau Indonesia 2010 yang dikeluarkan BMKG pada Maret 2010, untuk pulau Jawa disebutkan sebanyak 27 ZOM, awal musim kemarau (MK) antara dasarian 1-III April 2010, 53 ZOM, awal MK antara dasarian I-III Mei 2010 dan 14 ZOM, Awal MK dasarian I-III Juni 2010. Prakiraan ini pun pada beberapa bulan berikutnya di Update bahwa awal MK akan jatuh pada pertengahan dan akhir Juli 2010. Tapi realitas dilapangan Musim hujan masih berlansung hingga awal agustus ini.

peta awal MK Jabar-Banten_DKI

Kondisi Saat ini.
Secara sederhana hasil prakiraan musim kemarau tahun 2010 bisa dikatakan tidak tepat . Sampai saat ini hujan masih tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia. Bulan Juni dan Juli biasanya adalah puncak musim kemarau di sebagian wilayah Indonesia terutama di daerah monsunal. Tapi tahun 2010 menunjukkan penyimpangan. Mengapa ini terjadi dan apa penyebabnya? Berikut saya kutip hasil Jumpa pers BMKG tentang iklim ekstrim dan penyimpangan iklim pada 11 Agustus 2010

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan,cuaca yang terjadi sepanjang tahun ini merupakan terekstrem selama 12 tahun terakhir.
Penyimpangan musim kemarau serta ditandai memanasnya suhu permukaan laut hampir di seluruh wilayah Indonesia merupakan bukti ekstremitas cuaca tahun ini. “Kondisi seperti ini mirip 1998 tapi intensitasnya jauh lebih tinggi. Bisa dikatakan,2010 ini unik sekali karena lebih ekstrem,”kata Deputi Bidang Klimatologi BMKG Soeroso Hadiyanto di Jakarta kemarin. Menurut Soeroso,fenomena ini bukan terjadi secara periodik dalam 12 tahun sebab sebelum 1998 tidak terjadi cuaca seekstrem 2010. menurut dia, hal itu terjadi tergantung fenomena global yaitu arah angin maupun curah hujan.

“Saya tidak bisa mengatakan kalau ini sebuah fenomena periodik karena sangat tergantung dari tekanan udara, curah hujan, dan lainnya,” tambahnya. Berdasarkan hasil pantauan BMKG maupun sejumlah badan cuaca seperti NOAA milik Amerika Serikat,BOM Australia, dan Jamsfe Jepang,prediksi El Nino atau La Nina menunjukkan indeks negatif. Pada Agustus hingga September 2010 diprediksi terjadi La Nina moderat sedangkan pada Oktober 2010 hingga Januari 2011 berupa La Nina kuat.

“Saat ini, pada Agustus 2010 terjadi fenomena global La Nina dengan intensitas moderat. Dampak El Nino sangat memengaruhi suhu perairan di Indonesia,” katanya. Kondisi tersebut memengaruhi cuaca pada Agustus 2010 yaitu memasuki masa pancaroba atau transisi dari musim kemarau ke musim hujan.Pada masa tersebut terjadi kemarau namun disertai dengan hujan atau dinamakan kemarau basah. “Mungkin menjadi pertanyaan bagi masyarakat kenapa musim kemarau juga terjadi hujan.Hal ini karena memasuki masa pancaroba. Meskipun kemarau, tapi terjadi hujan,” ujarnya.

Faktor lain penyebab hujanterusmenerusdengan curah hujan ekstrem yaitu di atas 150 mm/hari karena memanasnya suhu permukaan laut yang berdampak pada tingginya intensitas penguapan sehingga membentuk awan dan menyebabkan hujan. Di sisi lain,BMKG memprediksi puncak musim hujan di Indonesia akan terjadi pada Oktober mendatang. Soeroso mengatakan, sebanyak 42,3% daerah di Indonesia akan mengalami hujan. “Musim hujan akan mulai masuk pada September namun pada bulan tersebut hanya 19,1% daerah yang akan mengalami hujan. Selanjutnya, puncak musim hujan akan terjadi pada Oktober dengan 42,3%, sedangkan pada November terjadi 33,3%,”jelasnya.

Dia menjelaskan,pada Agustus hingga September mendatang dipastikan akan terjadi hujan lebat disertai petir dan angin kencang, serta gelombang tinggi. Kondisi tersebut menjadi bagian yang harus diwaspadai oleh masyarakat Indonesia. Sejak Juli lalu BMKG sudah mencatat terjadinya hujan ekstrem sebanyak 125 kali di beberapa tempat di Indonesia. Sedangkan pada Agustus, meski baru memasuki 10 hari pertama,BMKG sudah mencatat 52 hujan ekstrem yang terjadi. “Juli lalu hujan ekstrem terjadi sebanyak satu kali di Jakarta, sedangkan Agustus ini belum terjadi sama sekali,” paparnya.

Dengan adanya cuaca ekstrem seperti ini, BMKG kembali mengingatkan kepada masyarakat di wilayah selatan Pulau Jawa karena di kawasan ini gelombang yang terjadi bisa mencapai 2,5 hingga 4 meter. Sedangkan di wilayah utara Jawa, gelombang akan terjadi 2,5 hingga 3 meter.“Karenanya,para awak kapal dari Surabaya menuju Kalimantan harus meningkatkan kewaspadaan mereka,”tukasnya. Sedangkan untuk saat ini hingga 16 Agustus mendatang, beberapa wilayahyangakanmengalamihujan adalah Aceh,Sumatera Utara,Riau, Lampung,Jawa Barat,DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan sekitar Kepulauan Seram.

“Daerah-daerah itu masih akan mengalami hujan karenanya tetap harus waspada,” tandas Soeroso. Analis Cuaca dan Iklim BMKG Yogyakarta Sigit Hadi Prakoso mengatakan, musim kemarau tahun ini akan berlangsung singkat, sekitar empat bulan, dimulai awal Juni hingga akhir September. Dari Agustus hingga awal September merupakan puncak kemarau. “Meski puncak kemarau, tapi kondisinya cerah berawan. Ada awandilangittapibukanmendung,” kata Sigit saat dihubungi kemarin terkait kondisi cuaca di Yogyakarta.

Menurut Sigit,masyarakat tidak perlu khawatir dengan kondisi cuaca yang terjadi selama bulan Ramadan. Sebab, cuacanya masih dalam kondisi normal sehingga tidak akan mengakibatkan dehidrasi akibat suhu yang panas.Cuaca dikatakan ekstrem jika suhunya melebihi35derajatCelsius.Meskidi puncak musim kemarau, masih dimungkinkan hujan turun dengan intensitas rendah. (megiza/ abdul malik mubarak/ant)
Source:Seputar-indonesia

On Labels: , | 0 Comment

Pekan serelia Nasional yang saya ikuti di kota Maros,Sulawesi Selatan meninggalkan cerita sendiri bagi saya. Inilah pengalaman pertama saya mempublikasikan hasil-hasil penelitian lewat pameran baik kepada petani maupun kepada pihak-pihak lain seperti penyuluh maupun stakeholder daerah setempat.
Dalam PekaN Serelian Nasional 2010 (PSN) ini kami dari unit kerja Badan Litbang bergabung menjadi satu. Jadilah stand kami penuh dengan hasil-hasil penelitian mulai dari padi, jagung, ubi, sampai makanan hasil olahan para peneliti di BB. Pasca Panen. dan tentu beberapa hasil penelitian balai saya tentang iklim dan perannya dalam dunia pertanian.


                                                            Stand Kami

PSN tahun 2010 ini mengambil tema innovasi Serelia Mengantisipasi Perubahan iklim Global menuju Kemandirian pangan. Acara ini di buka oleh Bapak Saswono Menteri pertanian RI dan dihari kedua pun dihadiri oleh wakil menteri Pertanian RI. Setelah membuka acara secara resmi, Pak menteri melakukan panen raya jagung dan mengunjungi setiap stand yang ikut meramaikan kegiatan PSN ini.
Kunjungan Menteri Pertanian dan Wakil Mentan ke Stand Badan Litbang
Aksi Pelajar SD dengan lagu dan Jagungnya


Ketika Panen Raya, Bapak menteri diiringi oleh alunan suara pelajar SD setempat dengan lagu salah satu group band di negeri ini yang telah digubah yang intinya tentang menanam jagung. Lucu juga menyaksikan aksi pelajar SD ini. hal yang mengagetkan saya adalah ketika setelah menyelesaikan lagunya salah satu dari pelajar ini memberanikan diri menghampiri pak meteri untuk berfoto bersama. he... dengan senyum manisnya pak menteripun menyambut ajakan sang anak...

Rangkaian acara PSN ini dilanjutkan dengan seminar nasional dan seminar hasil-hasil penelitian yang berhubungan dengan dunia serelia. Sayang sekali saya tidak bisa mengikuti rangkaian kegiatan seminar karena harus berkonsentrassi dengan pameran.

On Labels: , , | 0 Comment

Seperti telah banyak dibahas dan dipelajari oleh para ilmuan salah satu sirkulasi yang mempengaruhi iklim dan cuaca di Indonesia adalah Monsoon. Monsoon telah mempengaruhi pola iklim di Indonesia demikian beragamnya. Sehingga penelitian dan kajian mengenai pola dan pengaruh monsoon terhadap pola dan perilaku iklim di Indonesia semakin diperlukan.

Simposium ini diadakan oleh Badan Litbang BMKG pada tanggal 28-29 Juli 2010 bertempat di Hotel Grandeur. Pentingnya simposium ini diadakan agar tindakan preventif penanggulangan bencana dapat dirancang dengan lebih baik. topik dalam simposium ini difokuskan pada iklim Indonesia ditinjau dari segi teori dan observasi karena Prediksi iklim dan monsoon dipengaruhi oleh sirkulasi atmosfer lokal dan regional. &
nbsp;                                       Prof. Niger On General Lecture

Kedatanganku ke acara ini awalnya adalah dalam rangka mendampingi mba Mila yang akan mempresentasikan makalah , hasil riset tesisnya. Tapi pada hari yang telah dijadwalkan mba mila tak bisa hadir karena harus mengurus administrai sidang dan ujian tesisnya. jadilah saya sendiri datang ke acara ini.

Hadir dalam acara ini empat orang pembicara International yaitu Prof. Dr. Fredolin Tangang dari research center for climate change system-national university of Malaysia, Prof. Dr. Niger Tapper Monash Weather and Climate Program-Monash University, disamping membawakan makalahnya, prof Niger pun memberikan General Lecture about The Climate Change -urban climate nexus: some reflections from Melbourne Australia.Prof Dr. Shigeo Yoden dari Division of Earth and Planetary Sciences-Kyoto University terakhir Dr. K. Kumar adri Indian Institute For Tropical Meteorology.

Selalu banyak ide dan semangat mengalir setiap saya selesai mengikuti berbagai seminar, simposium dan workshop. Sebuah motivasi untuk selalu belajar dan belajar. Tangtangan dunia climate dan meteorology indonesia dan dunia semakin berat. Semoga suatu saat nanti saya mampu memberikan sumbangsih bagi kemajuan pada bidang keilmuan ini...cayyyyyyyyyyyyyyyyyyyyoooooooooooooo...

On Labels: | 0 Comment


Lega...hanya kata itu yang terucap ketika Acara Transfer Teknologi Pengelolaann dan Analisis Data Klimat dari AWS selesai di laksanakan. Yah dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Banyak hikmah dan pelajaran tentunya yang dapat kupetik dari pelaksanaan kegiatan yang melibatkan teknisi/peneliti/penyuluh dari beberapa unit kerja di Badan Litbang ini.

Acara Transfer teknologi ini dilaksanakan di Aula BPTP Banten pada tanggal 30-31 Juli 2010. Banten dipilih karena di sinilah AWS Balitklimat terdekat. Dalam acara ini disamping tranfer dan pelatihan analisis data juga diadakan kunjungan lapang untuk melihat langsung peralatan dan mekanisme kerja AWS Telemetri yang dikembangkan oleh Balitklimat.

Pada acara ini aku pun kebagian amanah untuk menjadi trainer. he...anak seusia jagung menjadi trainer..but nevermind..its my opurtunity to learn more...Yaps pada acara ini materi yang harus kubawakan adalah Pengolahan data Jam-jaman. Sempat kebingungan juga membuat  bahan training untuk materi ini, tapi alhamdulilah berkat bimbingan sang doktor aku bisa juga. 

Setelah menyampaikan materi ada beberapa pertanyaan yang diajukan peserta untukku. entah nyambung atau tidak dengan materi yang kusampaikan, tapi aku mencoba menjawab setiap pertanyaan dengan semaksimal mungkin. Pertanyaan yang paling menarik buat ku adalah tentang pranatamangsa. Yaps ini adalah salah satu kearifan lokal yang sudah lama digunakan nenek moyang kita di Jawa untuk memprediksi Iklim. Tapi saat ini kearifan lokal ini sudah mulai ditinggalkan. ALam adalah tempat manusia terbaik untuk belajar dan ia adalah guru tertua kita. Semestinya kita memang harus kembali belajar pada Alam.

Kunjungan Lapang

Terakhir acara ini ditutup dengan kunjungan lapang ke AWS di KP. Singgamerta BPTP Banten. Acara kunjungan lapang ini  dipandu oleh Pak Bayu, Perekayasa dari BPPT yang memang terlibat dalam penelitian pengembangan AWS Telemetri di Balai Klimat. Lokasi AWS dibanten cukup unik, AWS di Pasang di tengah kolam. Untuk mencapai AWS ini dulu waktu awal pemasangan alat, kami harus turun ke kolam. Tapi Alhamdulilah sekarang  pihak BPTP Banten telah membuatkan jembatan Bambu....
AWS di BPTP Banten

On Labels: , , | 0 Comment

Senin, 15 Maret 2010 kemaren aku berkesempatan menghadiri acara yang diadakan Indoenesia council On Climate Change ( Dewan Nasional Perubahan iklim Indonesia) yaitu  The First Indonesian Policy and Modelling Forum di Gedung Kementrian BUMN Lantai 18 Jl. Medan Merdeka Selatan No.13 Jakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh sekitar 50 orang yang terdiri dari para ahli, peneliti, modeller, pengambill kebijkan,  LSM dan lembaga-lembaga international yang mengambil peran dalam  Climate Change.
 
 Dr. Mubariq dari World Bank
 Prof. Hasanuddin , wakil rektor ITB
Marcia, ABT Forum
Pertemuan ini telah memotivasiku untuk terus belajar dan belajar. Merasa (memang kenyataan sih) aku belum apa-apa. Maklum kemaren berhubungan dengan para profesor2 dari berbagai lembaga baik national maupun international. Tapi tetap pede aja lagi. .
Pertemuan pertama IPMF menghadirkan tiga orang pembicara yaitu Dr. Mubariq Akhmad  dari World Bank membawakan presentasi berjudul  Low Carbon Development  Options for Indonesia; Results of Dynamic IR-CGE Model Simulations in Comparison with Baseline, Prof Dr. Hasanudin Z, Abidin dari ITB (wakil rektor ITB) dengan presentasi berjudul Some Aspects of Land Subsidence in Jakarta dan presentasi ketiga berjudul Climate Change  Modelling oleh  Marcia Gowent Trump dari ABT Associate.
Pada pembukaan acara pihak DNPI menyampaikan sekilas tentang Indonesia Policy and Modelling Forum (IPMF). IPMF adalah forum yang mencoba untuk memperbaiki pemahaman terhadap pentingnya climate change dan hubungan isunya dengan memanfaatkan kemampuan bersama para pakar dan pengambil kebijakan, menjelaskan kekuatan, batasan dan kritiks terhadap alternative pendekatan analisis, mengisi kesenjangan antara model, kajian kebijakan dan pengambilan kebijakan serta untuk mengidentifikasi prioritas tertinggi penelitian. Prinsip IPMF adalah Impartiality, User Orientation, Disclosure, Understanding, Consensus Building

Forum ini akan mengadakan pertemuan reguler setiap bulan menghadirkan para modeller dan pengambilan kebijakan. Dan dalam waktu singkat ke depan akan ada pertemuan Asia-Africa Policy and Modelling Conference.

On Labels: | 0 Comment


Mulai awal Januari kemaren sampai pertengahan februari tepatnya 15 Februari 2010,ada yang berbeda dengan hari-hariku.Yaps pada rentang waktu ini aku terlibat dalam  penelitian JEPP-Harimau 2010. Ini adalah sebuah International research yang di dalangi oleh Jamstec (Japan Marine and Eart Science tTnology), BPPT, Lapan dan BMKG.Pengalaman pertamaku terlibat dalam international research. bagi peneliti ini adalah kesempatan luarbiasa karena keterlibatan dalam  internatioanal research mendapatkan poin yang lumayan yang besar.
Rason
Pada research ini, dilakukan pengamatan dan pengukuran atmosfer wilayah sekitar jakarta dengan menggunakan rawind sonde yang diterbangkan dengan ballon meteorology. Tujuan dari research ini adalah untuk kajian penanggulangan banjir di Kota Jakarta. Pengamatan dilakukan dibeberapa titik yaitu Serpong, Pulau Pramuka, Karawang dan Bogor. Waktu pengamatan pun dipilih pada bulan Januari dan Februari karena berdasarkan data runut waktu tersedia pada bulan inilah puncak hujan dan banjir di jakarta terjadi. 

Ngomonng-ngomong masalah rason dan ballon,bagiku bukan hal yang aneh lagi. Kebetulan,semasa menjadi Pegawai stamet Biak pernah on job training di bagian aerologi. Jadi pengalaman itu kujadikan bekal untuk bergabung dengan tim ini,walau terdapat beberapa perbedaan bahan dan prosedural tapi tidak terlalu significan. Oh ya didalam research ini aku bertemu dengan pak yuda,peneliti dari Lapan.Ternyata si bapak pernah dinas beberapa tahun di Biak..ho..ho...bahkan si bapak kenal dengan beberapa staf  stamet Biak.Jadi nyambung deh...membahas  biak. ditambah lagi Mori san, expert meteorology dari jamstec ternyata juga pernah beberapa bulan melakukan research di Biak.

 Tim Lapan dan Hattori jamstec

Penelitian ini direncanakan untuk dilanjutkan di tahun berikutnya.Penelitian ini pun menelan biaya yang  yang tidak sedikit. Sebagai info untuk peluncuran satu rason dan ballon biaya yang dihabiskan adalah sekitar 4 juta rupiah.Setiap hari dalam research ini kami meluncurkan 8 balon dan dilakukan di 4 titik. bisa dihitung sendiri biaya yang dikeluarkan..ho...menyadarkan ku akan penting dan mahalnya sebuah data apalagi data meteorology

On Labels: | 0 Comment

 
Tanggal 24-25 November 2009 kembali aku mengikuti seminar dan lokakarya, yaitu seminar dan lokakarya  Nasional Inovasi Sumber Daya Lahan. Seminar yang mengambil tema" Inovasi Teknologi Sumber Daya Lahan Mendukung Sistem Pertanian Industrial ini dilaksanakan di Auditorium II, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu Bogor. Seminar dan Lokakarya ini di Buka oleh Menteri Pertanian dalam hal ini diwakili oleh Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Gatot Irianto.

Seminar yang diikuti oleh lebih kurang 300 peserta ini menghadirkan 2 makalah utama, 4 makalah penunjuang utama dan 109 makalah pendukung. Sedangkan pada pada acara Lokarya menghadirkan inovasi-inovasi teknologi pertanian yang telah dihasilkan oleh Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian dan balai-balai penelitian lain dibawah BBSDLP tersebut. Seminar ini diikuti oleh peneliti berbagai instansi antara lain dari DEPTAN, DEPHUT, BMKG, LAPAN, BPN, LIPI, KLH, dll serta diikuti oleh Para pengusaha bidang  Pertanian.

Pembukaan
Pada sambutan Pembukaannya Pak Gatot Irianto menyampaikan bahwa Badan Litbang Pertanian dituntut untuk dapat menghasilkan teknologi berinovasi yaitu teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas, biayanya relatif murah dan harus lebih cepat menghasilkan.Lebih lanjut Pak Gatot menyampaikan bahwa Departemen Pertanian akan mengubah arah orientasi kebijakan menjadi pertanian Industrial.

Pak Gatot Irianto: Saat pembukaan Seminar. Dibawah nahkodahnya Badan Litbang pertanian sedang terus berpacu menghasilkan teknologi  Pertanian


Berita tentang seminar di Harian Kompas terbitan 25November 2009

Seminar Makalah Utama Pertama:  Badan Pertanahan Nasional



 Pemakalah Utama: Pak Isa dari BPN (tengah) dan Pak Bonasor Sani, Komisaris Utama BRI dan Dosen Ekonomi IPB (kanan)


Makalah utama pada seminar Sumber Daya Lahan ini dibawakan oleh Kepala BPN dalam hal ini diwakili  oleh Pak ISA dengan judul Makalah  Kebijakan Pertanahan dalam Mendukung Lahan Pertanian Berkelanjutan. Dalam pemaparanya pemakalah membahas berbagai persoalana pertanahan terutama alih fungsi lahan pertanian. Seperti kita ketahui terutama di Pulau Jawa angka Alih Fungsi lahan pertanian semakin tinggi. Ini tentunya akan mengganggu stabilitas Pangang Nasional.





Melalui Perjuangan panjang akhirnya Undang-Undang tentang Lahan Pertanian Berkelanjutan telah ditetapkan  yang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 tahun 2009.  Tentu masih panjang Pekerjaan yang harus dilakukan oleh Badan Pertanahan dan Departemen Pertanian, membuat peraturan-peraturan untuk melaksanakan UU No. 41 2009 ini.

Beberapa kebijakan Pertanahan Menunjuang Lahan pertanian Pangan Berkelanjutan dapat dilihat pada pict dibawah.

Terakhir dalam penutupnya Pak Isa menyatakan : Perlindungan Lahan Pangan berkelanjutan  (LPPB) adalah langkah strategis yang memerlukan dukungan dari berbagai pihak.  Pencegahan pengalihan fungsi lahan harus multi -dimensioanal. Seperti Mengankat sektor pertanian agar disenangi petani sehingga petani tidak terdorong untuk mengalih fungsikan lahannya dan penetapan LPPB dalam rencana tata ruang wilayah kota dan Kabupaten. Reforma Agraria Merupakan program strategis bagi sektor pertanian yakni dengan membuka aset dan akses petani pedesaan

Seminar Makalah Utama Kedua :  Komisaris Utama BRI

  " Dukungan Asuransi Pertania terhadap Resiko Anomali dan Perubahan Iklim", ini judul makalah yang dibwakan oleh Komisaris Utama BRI sekaligus Guru Besar Ekonomi IPB , Bapak Prof Bunasor Sani. Masalah climate Insurance ini adalah isu yang sedang banyak dibahas oleh pakar-pakar ekonomi, pertanian dan iklim. Latar belakang mendasar kenapa timbul climate insurance adalah bahwa kenyataan selama ini petania adalah pihak yang selalu menjadi objek penderita dari perubahan iklim. Maka perlu upaya untuk memberikan perlindungan kepada petani. Konsepanya pun  masih dikaji apakah yang diasuransikan petaninya,  komoditasnya atau lahannya.


Pada makalah ini pun pak Bunasor membahas tentang gejolak ekonomi dunia dan memberikan contoh asurasi pertanian di daearah Amerika, ternyata di Amerika komoditas utama yang diasuransikan adlah tembakau.


Sesi kedua: Seminar Makalah penunjang Utama





Pada sesi ini menghadirkan pemakalah dari PT. Pusri yang membawakan  makalah dengan judul " Peran BUMN Dalam Pembangunan Pertanian Menyongsong  Pertanian Industrial", pemakalah kedua adalah Bapak Irsal Las  Kepala BBSDLP dengan makalah berjudul  Kebijakan Teknology Generation  Sumber Daya Lahan Mendukung Pertanian Industrial, dan yang ketiga adalah wakil Gubernur  Bangka Belitung  yang membawakan makalah tentang  reklamasi Lahan bekas tambang timah di Bangka Belitung menjadi lahan sawah.


Pada Pemamaparannya  Pak Dadang membahas masalah pupuk dan distribusinya pasca diperbolehkannnya pihak swasta dalam distribusi pupuk. Pun dibahas masalah subsidi pupuk yang  konon katanya akan di kurangi oleh pemerintah.






Kepala BBSDLP Prof. Irsal las Membahas tentang Berbagai potensi, prospek, kendala dan tantangan BBSDLP dalam menyongsong Pertanian Industrial. Beliau juga memamparkan lima sukses pertanian dan tujuh revitalisasi, tentang mitigasi perubahan iklim dan Program kerja 100 hari Departemen Pertanian yang salah satunya membahas tentang iklim.






Pembicara ketiga, Wakil Gubernur Banka Belitung menjelaskan tentang sejarah penambangan timah di bangka belitung. Di provinsi  memang sangat kaya akan timahnya. Tak hanya di darat tapi juga di laut. Bahkan kata si bapak sambil berseloroh gigi orang bangka belitung cepat rusak karena kandungan timah yang tinggi pada airnya. Dan Cerita tentang timah iini mengingatkanku pada cerita Laskar Pelanginya, Andrea Hirata. Menurut pak wagub penambangan timah di Bangka Belitung telah terjadi sejak zaman belanda, 300 tahun yang lalu.

lahan-lahan yang rusak karena tambang timah ini  sangat luas. Oleh karena itu sekarang  Pemda Bangka Belitung bekerjasa dengan Badan Litbang Pertanian khususnya BBSDLP, sedang melakuka penelitian tentang lahan bekas tambang ini untuk dijadikan lahan sawah dan perkebunan.



Sidang Komisi
Pada sidang komisi baik hari pertama maupun hari kedua aku masuk dalam komisi C.  Komisi ini adalah komisi  tentang  iklim, air dan lahan Rawa. Berbagai makalah tentang iklim, air dan rawa di bahas pada  komisi ini baik berupa oral maupun poster.

Hari Kedua : Inovasi yang telah dihasilkan BBSDLP 
Pada hari kedua disidang pleno,  BBSDLP menpublish Inovasi teknologi yang telah dii hasilkan. Benar-benar Luar biasa. Publish ini membantahkan argumen yang menyatakan bahwa penelitain pertanian tidak banyak memberi manfaat buat pertanian. Aku bahkan sampai merinding mendengarkan berbagai inovasi itu, luar biasa. tak pernah terfikirkan oleh ku.


BBSDLP melalui balai-balai penelitiannya yaitu Balai Penelitian  Tanah di Bogor, Balai Penelitian Agroklimat  dan Hidrology di Bogor, Balai Penelitian Lingkungan Pertanian di Jakenan Pati dan Balai Penelitian Rawa di banjar Baru  Kalsel, telah memberikan sumbangsihnya buat pertanian Indoensia. tentu Tantangan Kedepan Semakian Besar. Selamat Berkarya buat para peneliti-Penelitinya.


Salut Buat Panitia
Inilah seminar yang luar biasa menurutku, mampu menghadiekan peserta dengan jumlah yang luar biasa dan berasal dario berbagain instansi.    Salut Buat Panitia....Good work. Satu hal baru yang kulihat diseminar ini panitia memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya tentant seminar maupun tentang materi untuk pembicara ,melalui SMS yang langusng terpampang dilayar. 




On Labels: , , , | 0 Comment

Satu lagi seminar yang kuikuti bulan November ini yaitu International Seminar  yang diadadakan oleh PERHIMPI (Perhimpunan Meteorology Pertanian Indonesia). Seminar ini mengangkat tema" Achieving Resilient- Agriculture To Climate Change Throught The Development Of Climate -Based Risk Management Scheme, di adakan di  Bogor tepatnya di Bogor Convention Center, Tanggal 17-19 November 2009. Seminar ini terselenggara atas kerjasama Perhimpi, Deptan, BMKG, LAPAN, DIKTI,  Waganingen University, IRI dan Unesco IHE. Meskipun aku tidak mengikuti acara ini fulltime, tapi banyak ide dan inspirasi yang kudapat dari seminar ini, yang intinya semakin memompa semangatku. Hari pertama aku hanya ikut dari pukul 13.30 WIB, karena baru kembali dari lokakarya di Purwakarta, hari kedua aku ikut fulltime dan dihari ketiga aku tidak ikut karena disuruh menjadi pembicara di Bandung.



Seminar Hari Pertama

Seminar ini terdiri dari sidang pleno dan sidang kelompok. Sidang Pleno pada hari pertama menghandirkan pembicara International yang membawakan makalah dengan tema berbeda.  Andrew W. Robertson (IRI- Columbia University) Membawakan Makalah yang berjudul Climate Modelling And Its Utilization For Climate Risk Management. Pemakalah kedua membawakan tema Challenge in Institutionalizing the Use of Climate Informatiaon in Managing Current and Future Climate Risk, dibawakan oleh Holger Meinke (Center of Crop System Analisys, Waganingen University). Pemakalah ketiga adalah Ton Bresser dari Unesco IHE, universitas dimana nanti aku akan ikut short course membawakan makalah tentang Weather-based Riska Management as an Adaptation Strategy.  Sidang pleno ini dipimpin  oleh Dr. Rizaldi Boer, beliau adalah dosen Meteorology IPB sekaligus menjabat sebagai Ketua Perhimpi.




Sidang Kelompok 2
Pada hari pertama ini aku masuk di sidang kelompok 2. Pada sesi 1 Sidang ini dipimpin oleh Bapak A.N.Ginting beliau adalah peneliti senior dari Departemen Kehutanan. Pemakalah pada sesi ini adalah Ibu Tania June dengan Judul Climate Change: Contribution Of Indonesian Protected Forest in Removing CO2 From the Atmosfer, Bapak Prof Bambang Hero Saharjo dengan makalah berjudul Carbon Baseline as Limiting Factor in Managing Envioromental Sound Activities in Peatland To Reach Greenhouse Gas Emission Reduction dan yang ketiga adalah Bapak Edvin Aldrian dengan makalah berjudul Simulation of Deforestation in The Tropical and Maritim Climate: Implication to Global Climatic Change. 

Pak Edvin, BMKG yang sedang membawakan Makalahnya




Pembahasan dan diskusi di sesi ini lumayan hangat dan seru, karena diruang sidang ini hadir peneliti dari berbagai instansi. hadir disini peneliti dari Deptan, Dephut, BMKG, LAPAN, LIPI, dan dosen dari berbagai Universitas. Benar-benar membuka wawasanku, satu masalah dilihat dari berbagai sudut pandang. Inilah  bagian yang ku suka dari setiap seminar yang kuikuti. dan Seminar adalah bagian yang kusuka dari kegiatanaku sebagai peneliti. he...Dapat ilmu baru, dapat teman baru dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta, terakhir dapat duit..he.. UUD (ujung-ujungnya Duit)


Hari Kedua
Sidang Pleno hari kedua menghadikan pemakalah dari Departemen Pertanian yaitu Bapak Prof. Irsal Las, Dari Bapenanas yaitu oleh Ibu Noor, dan dari BMKG. masing-masing makalah mereka berjudul Roadmap for Adressing Climate Change in Agricukture, Role of Indonesian Climate Change Trust Fund (ICCTF) for Assisting Local stakeholders in Managing Climate Risk, dan Tailoring Climate Information Product to Agriculture Needs. 

Pak Prof. Irsal Las (deptan), Dr. Noor Bapenas dan Pak... (BMKG)

Presentasi dari BMKG yang banyak dikritisi

Diskusi Pada sidang pleno ini berlangsung Hangat. Dimana terjadi adu argument dari para peneliti. Tercatat dalam catatanku diskusi hangat terjadi antara Deptan dan Dephut masalah pembukaan lahan. kemudian antara beberapa peneliti dan dosen dengan BMKG, diskusi ini berkaitan dengan susahnya mendapatkan data iklim dan tentang keakuratnnya yang masih perlu dipertanyakan.  Bahkan Seorang dosen dari lampun menyatakan, " BMKG tidak usah melakukan berbagai penelitian dulu, serahkan itu kepada lembaga penelitian, tapi coba urus dulu  data iklim dan cuaca Indonesia".


Sidang Kelompok Hari Kedua
Pada sidang kelompok hari kedua, aku masuk dalam kelompok satu yang membahas tentang Climate Modelling. tercatat ada enam makalah yang dibahas yaitu:
1. Study of climate Change Using rainfall Tiem Series Analysis In Water Resources Area of Lampung Province oleh Ibu Tumiar dari UNILA.
2. Changes Spatial and Temporal Charracteristic of Rainfall in the East Java Province in Relation to Global Climate Change  oleh Ismail Wahab dari BPTP Jatim
3. Identifikasi Kekuatan dan kelemahan Komponen Sistem informasi Iklim  oleh Pak Urip Haryoko dari Staklim Pondok Betung
4. Seasonal Variability in East Java Province Indonesia oleh pak Antoyo Setyadipraktiko dari BMKG pusat
5. ANalisa Periode Ulang Hujan Maksimum tahunan dengan berbagai metode oleh pak Basuki BMKG PUSAT
6. The Projection of Future Climate in West Sumatera Based on AOGCM Using IPCC-Sres oleh Edison Kurniawan dari BMKG, GAW Bukittinggi.

 Pak Basuki, Pak Edison dan Pak Antoyo dari BMKG


 Ibu Tumiar dari Unila, Pak Urip BMKG, Pak  dan Pak Wahab BPTP Jatim


Hari Ketiga
Pada hari ketiga dilakukan sosialisasi  Undang-undang  MKG oleh Kepala BMKG, pembicara dari Departemen Hukum dan Han serta anggota DPR. Sayang pada acara ini aku tidak bisa hadir karena harus ke Bandung. Setelah sosialisasi acara dilanjutkan dengan Annual Meeting Perhimpi.

On Labels: , , | 0 Comment

Berbicara iklim maka kita akan bebicara dimensi waktu yang panjang dan dimensi keruangan/spasial yang sangat besar pula. Data panjang unsur-unsur iklim yang juga merupakan unsur cuaca menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dielakkan. Semakin panjang data yang tersedia maka diyakini akan menghasilkan analisis iklim yang semakin baik pula. Sebagai seorang yang berkecimpung dalam bidang iklim dan cuaca, saya sangat sedih dan prihatin melihat record data iklim di Indonesia. Bahkan untuk mendapatkan 30 tahun data terakhirpun kadang terlalu sulit. ini tentu berbeda dengan negara-negara yang memang aware terhadap iklim dan cuacanya, mereka punya record data yang sangat panjang bahkan ratusan tahun. Nah lo?

Di indonesia tercatat beberapa lembaga yang terlibat dan berperan dalam dunia iklim dan cuaca diantaranya:

1. BMKG, ini jelas. karena memang BMKG adalah lembaga yang telah diberikan tugas pokok dan fungsi untuk itu. BMKG berkembang sangat pesat setelah ia menjadi lembaga pemerintah non departemen, keluar dari struktur Departemen Perhubungan. Dulu mungkin banyak yang bertanya apa itu BMG dan apa itu meteorologi. Tapi saat ini coba tanya siapa yang tak kenal BMKG? he...apalagi kalau ada bencana banjir, kekeringan, gempa, badai, maka informasi dari lembaga ini paling dicari. terlepas dari akurat atau tidaknya informasi tersebut. Tentu ini menjadi tantangan bagi lembaga ini.

2. LAPAN. disamping BMKG Lapan pun mempunya record data iklim. bahkan lembaga ini pun mengeluarkan prediksi cuaca harian. Tapi metode yang digunakan berbeda dengan BMKG. Sesuai dengan tugas dan fungsinya juga sepertinya mereka lebih banyak menggunakan data dari citra satelit dan inderaja.

3. Depertemen Pekerjaan Umum. Departemen pekerjaan umum juga memiliki stasiun cuaca dan stasiun hujan yang menyebar di seluruh indonesia. Data-data ini tentu sangat penting dalam pengelolaan sumber daya air yang menjadi tanggung jawabnya.

4. Departemen Pertanian. Departemen Pertanian juga memiliki stasiun iklim dan pos hujan yang menyebar di sentra-sentra pertanian di Indonesia. Informasi ini sangat penting untuk penentuan waktu tanam, pola tanam, kalender tanam, perkiraan hama dan penyakit dll

5. Perguruan Tinggi. Beberapa perguruan tinggi yang juga mempunyai record data iklim dan cuaca adalah ITB dan IPB. Yups inilah dua perguruan tinggi yang mempunyai jurusan Meteorology. Record data mereka ini tentu lebih banyak digunakan untuk proses belajar

Realitas Stasiun Cuaca saat ini.

Pemerintah indonesia sejak dulu kala (kayak lagu...he..) telah menghabiskan anggaran yang lumayan besar untuk pengadaaan stasiun iklim maupun pos hujan. bahkan kadang itupun didapat dari hibah luar negeri yang itu artinya adalah hutang bangsa ini. Tapi sayang stasiun yang ada tidak dirawat dan dijaga. akibatnya stasiun tak lagi punya record data. informasi dan data hilang dan terputus tentu ini akan mempengaruhi hasil analisis iklim.

Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi adalah adanya beberapa pihak yang mencuri beberapa komponen stasiun cuaca. Konon katanya adalah masyarakat sekitarnya untuk dijual diloakan dengan harga yang tentu bisa kita tebak..Sayang sekali....padahal biaya yang dikeluarkan sangat besar.
Kondisi sebuah stasium iklim,
Hasil Survey lokasi AWS di Indramayu Jawa Barat


AWS Telemetri

Sebelum lebaran kemaren saya, beberapa orang balitklimat dan pak budi, perekayasa dari BPPT melakukan survey untuk pemasangan AWS telemetri, yaitu AWS yang datanya bisa di akses setiap jam melalui telepon gengam. AWS ini diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan tentang data iklim dan cuaca. Kegiatan ini dibiayai dari SINTA (sinergisitas penelitian Pertanian dan DikTI). Kami mensurvey daerah Indramayu. Daerah ini menjadi titik yang dipilih di Jawa Barat. Selanjutnya akan dilakukan di Jawa Tengah, Banten dan Jawa Timur. Bahkan dalam survey ke Jawa tengah kemaren, melibatkan tim dari BMKG.


BMKG sendiri pun telah memasang banyak AWS. Tapi sebarannya masih dominan di pulau jawa. AWS ini menghasilkan data perjam yang bisa diakses oleh semua orang dengan internet dengan alamat http://aws-online.bmg.go.id/bmg/aws/. AWS ini belum menggunakan prinsip telemetri.

On Labels: , | 0 Comment