Gresik United In Future, Good Suggestion for You

Showing posts with label Wisata Lidah. Show all posts
Oleh: Maria Ekaristi

Saat memasuki resto ini saya langsung mendapat sapaan ramah dalam bahasa Jepang. Meski tidak paham benar artinya, saya langsung membalasnya dengan ucapan terimakasih sambil membungkuk seperti yang biasa dilakukan orang-orang Jepang saat membalas salam. Semua petugas restoran itu tertawa melihat polah saya. Deby, sang manager, balik membalas dengan gaya candanya yang lucu. Suasana pun seketika cair, dan saya seperti memasuki ruangan makan rumah saya sendiri.

Siang itu santap siang saya awali dengan semangkuk Kaiso Salad yang terdiri dari rumput laut, selada, tauge, timun dan tomat dengan saus asam. Rasa asam dari saus berpadu dengan rasa garam yang digunakan untuk merendam bahan-bahan salad, menyuguhkan kesegaran di lidah saya. Rasa lapar saya yang tadinya malas-malasan pun terusik. Segera dia menabuh genderang di perut dan membanjirkan air liur di rongga mulut. Nafsu makan saya pun seketika bergejolak. Maka ketika sepiring Harumaki, yaitu penganan semacam lumpia goreng dengan isi beragam sayuran dan jamur terhidang saya pun langsung mengganyangnya.

Setelah dua menu pembuka itu, menu utama berupa Ramen segera terhidang. Semuanya tak lebih dari 15 menit sejak saya memesannya. Ramen tak lain adalah mi dalam bahasa Jepang. Di resto ini ramen disajikan dengan berbagai olahan yang kemudian masing-masing diberi nama sesuai dengan cara dan bahan pengolahannya. Ada Tonkotsu Ramen, Chicken Ramen, Shoyu Ramen, Gomoku Ramen, Pork Tantanmen, Chicken Tantanmen, Hiyashi Chukka, Vegetarian Hiyashi Chuka, Ankake Yakisoba, Chilli Beef Ramen. Siang itu pilihan saya jatuh pada Chicken Ramen.

Chicken Ramen adalah sup mi khas Jepang yang disajikan dengan sayur kailan potongan halus bawang pre, irisan daging ayam dan potongan telur setengah matang dan diberi kuah. Kuah Chicken Ramen terbuat dari kaldu pekat daging ayam yang diproses selama hampir sepuluh jam. Pengolahan ini menghasilkan rasa yang sangat khas: gurihnya melekat di lidah.

Porsi yang cukup besar membuat perut saya penuh dan rasa lapar saya langsung terkulai lemas. Agar kenikmatannya tak segera hilang saya pun cepat-cepat mengakhiri santap siang itu dengan hidangan penutup berupa es krim Macha dan es krim Ogura. Es krim Macha adalah es krim teh hijau yang pekat. Rasanya sepat sedikit getir tapi menyegarkan kerongkongan. Rasa ini seperti mengunci rasa nikmat dari makanan utama yang telah saya lahap. Kemudian aroma harum dan rasa manis es krim Ogura yang terbuat dari kacang merah seperti memberi kesegaran dan semangat baru untuk melanjutkan aktivitas siang itu.

Oya, semua makanan yang tersaji tadi merupakan racikan Evan Lesmana mantan chef di sebuah hotel ternama di Jakarta. Evan dibantu oleh tiga orang koki lokal asal Bali yang handal. Kerena itu menu-menu yang disajikan di resto ini digemari oleh para wisatawan asing maupun domestik. Juga warga Jepang yang bermukim di Bali.

Mau mencoba? Datang saja ke “Rame Rame Ramen” di Jl. Sunset Road No. 1 Blok K Kuta. Letaknya di sebelah Utara Patung Dewa Ruci berdampingan dengan A Spa. Kalau mau pesan terlebih dahulu bisa melalui telepon 087860942128. Bila datang dari arah utara, anda harus memutari Patung Dewa Ruci lalu berbalik arah menuju utara. Resto ini buka setiap hari pada pukul 11.00 -24.00 WITA.

Harga seporsi ramen berkisar antara Rp42 ribu hingga Rp47 ribu.

On Labels: , , | 0 Comment

Oleh: Maria Ekaristi

Warungnya sederhana saja. Hanya bangunan semi permanen di atas areal seluas 3,5 x 6 meter. Hidangan yang disajikan pun sederhana: nasi campur ala Bali. Namun omset yang berputar di situ tergolong luar biasa: sekitar Rp 4,5 juta per hari. Maklum, dalam setengah hari warung milik Ni Wayan Resmiyani ini menghabiskan sedikitnya 28 ekor ayam yang diolah dengan beberapa cita rasa sebagai lauk dari nasi hidangannya. Semua itu ludas oleh para langganananya yang sebagian besar adalah karyawan, pejabat pemeritah, politisi, pedagang, pebisnis dan mahasiswa-mahasiswa asal Buleleng yang berkuliah di Denpasar. Lalu apa keistimewaan yang menyebabkan warung itu begitu laris? Tak lain, ayam betutunya yang mmmmmuaaaah! Enak banget!

Waktu saya datang ke warung itu, saya langsung memesan hidangan andalan mereka. Hanya dalam 5 menit terhidang di depan saya sepiring nasi dari beras merah dengan lauk ayam betutu, ayam suwir, ayam goreng, sayur urap dan kuah baso ayam. Itulah nasi campur ala Bali versi warung yang dikenal dengan sebutan Warung "Nasi Barak” (nasi beras merah) ini. Dan, itulah menu andalan mereka karena memang itu menu satu-satunya yang mereka hidangkan sejak 2002.

Di lidah saya, bumbu betutu warung ini memang khas. Aroma jahe dan serehnya yang dominan membuat ayam yang terbaluri bumbu tersebut terasa sangat gurih. Nyangluh, kata orang Bali. Rasa gurih itu seolah melekat di rongga mulut sehingga membuat hidangan tersebut terasa lezat dari suapan pertama hingga suapan terakhir. Yang mengejutkan, untuk semua kenikmatan tersebut anda cukup menggantinya dengan uang hanya sebesar Rp10 ribu!

Warung "Nasi Barak” ini berlokasi di pinggir jalan di kawasan Banjar Abian Luang, Baturiti. Jalan ini merupakan jalan utama Denpasar-Bedugul-Singaraja. Sebagai ancar-acar, lokasi warung ini kurang lebih sekitat sekitar 3,5 kilometer dari pusat oleh-oleh “Kawan Jogger” atau sekitar 2 kilometer dari “Café Tahu”. Hanya saja, jangan datang ke sana setelah lewat tengah hari. Sebab, sekitar pukul 12 warung itu sudah tutup karena persediaan makanan sudah ludas. Ketika saya tanya Resmiyani, sang pemilik warung, soal kemungkinan menambah “jam tayang” warungnya agar pelanggan yang datang sore hari punya kesempatan menikmati hidangannya, perempuan dengan penampilan bersahaja ini mengatakan bahwa dirinya tak sanggup mengelola warung dalam ukuran besar.

“Biarlah segini saja. Kalau terlalu banyak, saya tak sanggup menyediakan masakannya. Saya takut nanti malah tidak enak. Kasihan pelanggan,” ucapnya sembari tersenyum tulus.

On Labels: , , | 0 Comment

Oleh: Agung Bawantara

Dalam pusaka kuliner Bali, ada tiga jenis bumbu khas yakni basa (‘a’ di akhir dibaca dengan ‘e’ seperti pada ‘fase’), sambel, dan jejaton. Basa biasanya terdiri dari bahan-bahan berupa bumbu pokok dan bumbu pelengkap. Bumbu pokok terdiri dari bawang merah dan putih, lengkuas, kunir, jahe, dan kencur. Sedangkan bumbu pelengkap adalah lombok, terasi, gamongan, bangle, janggar ulam (daun salam), jebugarum (pala), kemiri, dan gula.

Sambel (sambal) terdiri dari sambal pokok dan sambal pelengkap. Sambal pokok terdiri dari bawang merah dan putih, lada. Sedangkan sambal pelengkap adalah terasi, garam, kencur, dan (terkadang) gula.

Sedangkan bumbu yang disebut jejaton biasanya digunakan untuk memperkuat rasa agar lebih gurih. Bahan-bahan yang digunakan adalah asem, air limau (kadang daun limau yang dirajang), jangu, tabia bun (cabai rambat), sari sampar watu, sintok, maswi, batang cengkeh, dan beberapa jenis rempah lain.

Beberapa bumbu berikut adalah yang jenis-jenis yang kerap di temukan di masyarakat:
1. Basa Gede (bumbu lengkap) : lengkuas, jahe, kencur, kunir, bawang merah dan putih, lombok, kemiri, kelapa yang dagingnya dipanggang, merica, ketumbar, garam, jangu, pangi (keluek), terasi, sereh, (kadang juga) gula. Biasanya untuk bumbu sate;
2. Basa Kela: Sama seperti Basa Gede yang dimasukkan ke dalam santan kane yang direbus. Gunanya untuk bumbu serapah dan urab, ditambah sedikit bawang merah, jahe, dan terasi;
3. Basa Wangen: babakan (kulit pohon) kelor, maswi, jebugarum, batang cengkeh, lenga, jeruk purut, menyan, kemiri, merica, ketumbar, bawang putih, bawang merah, dan terasi. Gunanya untuk memberi rasa gurih;
4. Basa Enteban: kemiri, kencur, bawang putih, dan daging kelapa yang telah dipanggang. Bahan-bahan ini dirajang, diisi minyak kelapa, lalu dibungkus dengan daun pisang dan di-tambus (dimasukkan ke dalam abu panas). Gunanya untuk bumbu anyang dan kekomoh.
5. Basa Rajang: sama dengan Basa Gede, namun cara membuatnya berbeda. Bahan-bahan basa rajang dibuat dengan cara merajangnya. Gunanya untuk bumbu ares dan babi guling dengan ditambah secangkir arak bagi yang suka.


Mengenal Pusaka Kuliner (1) : Jenis Makanan Bali

Sumber:
  • I Made Suandra, Dharma Caruban (Tuntunan Ngebat), Kayu Mas, 1988
  • I Wayan Kardji, Makanan Khas Bali dalam Konteks Pesta Adat, Kiwa Tengen Dalam Budaya Bali halaman 124-160, Kayumas, 1992

On Labels: , | 0 Comment

Oleh: Agung Bawantara

Pusaka kuliner Bali, menurut pemerhati kuliner tradisional Bali I Wayan Kardji, sering juga disebut dengan istilah "ebat". Nama ini diberikan untuk makanan yang dibuat untuk berbagai upacara. Berdasarkan jenis pengolahannya, ebat dapat digolongkan menjadi tiga, yakni olahan kering, olahan lembab dan olahan cair. Selain itu, ada juga olahan dengan cara mengolah daging hewan secara utuh seperti tutu, panggang dan guling.

Olahan Kering
Termasuk dalam olahan ini adalah berbagai jenis sate. Di bali ada banyak jenis sate. Masing-masing jenis menggunakan tusuk (katik) yang berbeda. Ada yang berbentuk pipih, runcing, bulat panjang berujung runcing, berbentuk balok kecil, dan runcing pipih. Di antara sate itu, yang popular di Bali antara lain sate lembat, sate empol, sate lelet, sate kablet, sate asem, sate serapah, sate pusut, dan sate orob.

Gegorengan juga termasuk dalam olahan kering. Jenis makanan ini biasanya menggunakan bahan daging, tulang, limpa, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut dipotong-potong, diisi garam dan bumbu secukupnya, lalu digoreng.

Hampir sama dengan cara masak gegorengan, brengkes juga digoreng. Bedanya, brengkes menggunakan bumbu lebih banyak dan bahan bakunya lebih beragam. Ada brengkes sapi, brengkes babi, brengkes lele, dan brengkes lindung (belut). Bumbu yang digunakan biasanya basa genep yaitu aneka bumbu seperti bawang putih, bawang merah, kencur, kemiri, ketumbar, cabai, merica, jinten, jahe, bangle, terasi, jeruk limau, dan garam. Semua bumbu diaduk dengan bahan utama, lalu digoreng.

Jenis olahan kering lainnya adalah urutan, yakni sosis tradisional Bali. Bahan pokoknya adalah daging dan lemak (biasanya babi). Bahan-bahan ini dipotong-potong lalu dibumbui basa gede (bumbu lengkap) berupa bawang merah, jahe, lengkuas, kencur, ketumbar, terasi, cabai, kunir, dan beberapa jenis rempah lainnya. Bahan-bahan dimasukkan ke dalam usus (babi) yang masih muda ujungnya telah diikat dengan tali serabut kelapa. Ke setelah semua bahan masuk, ujung yang satunya diikat pula, lalu digoreng. Ada yang tak langsung menggorengnya, melainkan menjemurnya terlebih dahulu hingga kering.

Selain itu ada lempet dengan bahan otak dicampur daging, sering juga diimbuhi tulang muda. Setelah dibubuhi basa gede, lalu ditumbuk. Seusai hals, bahan itu dibungkus daun pisang menyerupai bantal, kemudian dipepes. Ada pula yang menggoreng bersama pembungkusnya sekaligus.

Lain lagi dengan gubah. Makanan ini dibuat dari kulit yang berisi lemak, dipotong sebesar kepalan tangan. Bahan tersebut diurap dengan menggunakan kelapa parut dan kunir yang sudah ditumbuk halus, diisi garam secukupnya, lalu digoreng setengah matang. Jika menggunakan daging, terlebih dahulu diiris tipis, dibumbui, lalu dijemur sampai kering.

Olahan Lembab
Jenis olahan lembab yang paling terkenal adalah lawar. Bahan pokok lawar adalah daging ayam, bebek, babi atau sapi mentah berkualitas baik, kelapa parut, sayuran, dan beberapa jenis daun. Daging dan bumbu dicincang sampai halus. Lalu cincangan daging dituangi air rebusan daun salam agar lemas. Sementara bumbu dicampur dengan rames yang terbuat dari rebusan kulit yang dirajang kecil-kecil dan memanjang. Bahan-bahan di atas kemudian diberi bumbu dan diaduk, lalu diberi air asam pelemas dan air limau.

Ada tiga jenis lawar yang ditemukan di masyarakat: lawar bima kroda (menonjolkan unsur pedas karena cabe), sangut dekah (pedas karena merica), dan rangda ngelur (asin).

Selain lawar, olahan lembab yang lain adalah Urab. Olahan ini terdiri dari tiga jenis yakni Urab Barak, Urab Putih dan Urab Gadang. Urab Barak terbuat dari bahan parutan kelapa, daging, kulit, usus, atau lemak yang telah dirajang kecil-kecil dan diberi bumbu, dibubuhi darah segar sehingga warnanya menjadi merah. Agar lebih enak, diberi perasan limau secukupnya. Urab Putih, terbuat dari bahan yang sama namun tidak menggunakan darah. Sedangkan Urab Gadang diracik dengan bahan yang sama namun parutan kelapa diganti dengan daun belimbing sehingga tampak hijau (gadang).

Olahan lembab lainnya, berupa Tum, Timbungan, Bebontot, Oret, dan Semuuk.

Tum terbuat dari daging dicampur tulang muda dan urat-urat yang ditumbuk sampai lumat lalu dicampur kelapa parut dan bumbu. Bahan ini dibungkus daun pisang membentuk segi tiga lalu direbus.

Timbungan terdiri dari dua jenis, yaitu timbungan biasa dan timbungan kesatryan. Keduanya menggunakan bahan daging dan tulang yang dipotong kecil-kecil. Hanya, pada timbungan kesatryan bahan itu ditambah lagi dengan potongan daging yang agak besar yang disebut dengan tektekan agal-agal. Bahan-bahan tersebut direbus bersama bumbu.

Bebontot terbuat dari daging dan lemak yang dipotong-potong dan diberi bumbu. Bahan-bahan beserta bumbunya dibungkus tapis (jaring dari pohon kelapa) dan dijemur sampai kering pada sebuah galah panjang. Setelah kering barulah digoreng.

Oret, adalah olahan berbahan telur yang telah diberi bumbu secukupnya, kemudian dimasukkan ke dalam usus muda (seperti membuat urutan) lalu dililitkan pada pelepah kelapa yang masih berisi daun dan dipanggang di atas bara api.

Semuuk, adalah olahan yang sama dengan oret, namun bahannya terbuat dari hati, paru-paru, jantung, dan limpa. Bahan-bahan tersebut mula-mula dicincang, direbus, lalu dicampur dengan darah dan bumbu lengkap. Proses selanjutnya, sama dengan pembuatan oret.

Olahan Cair
Masyarakat Bali hanya mengenal dua jenis olahan cair yakni kekomoh dan ares. Bahan kekomoh adalah hati, limpa, paru-paru, jantung, atau kulit yang masih dilekati lemak. Bahan ini direbus kemudian dirajang (ditektek) kecil-kecil, kemudian dimasukkan ke dalam asem (sisa asem yang dipergunakan untuk melemaskan bahan lawar) yang diberi bumbu secukupnya. Bumbunya terdiri dari bawang, lombok, dan garam secukupnya. Semuanya diaduk sehingga menghasilkan rasa yang diinginkan.

Sedangkan Ares, dibuat dari batang pohon pisang yang masih muda (biasanya pisang batu) yang diiris-iris dibubuhi garam, kemudian diperas. Bahan ini dimasukkan ke dalam air bekas rebusan daging dan diisi bumbu (basa rajang) secukupnya. Tulang-tulang dengan sisa daging dapat digunakan setelah dipotong-potong kecil. Agar lebih sedap, dimasukkan secangkir arak. Konon arak bisa membuat penikmat ares tidak akan terkena penyakit.

Olahan Utuh
Terdiri dari tutu, panggang dan guling. Pengolahan cara ini membiarkan hewan dalam keadaan utuh. Maksudnya, kecuali usus, semua bagian hewan tersebut masih lengkap. Tutu yang lebih akrab disebut dengan Matutu atau Betutu, dilakukan untuk mengolah ayam, itik atau angsa. Mula-mula ayam atau itik yang telah disembelih dikeluarkan jeroannya dengan cara melubangi bagian perutnya. Kemudian, rongga dada dan perut yang telah kosong itu diisi bumbu, setelah itu kulit perus dipertemukan dan dijahit kembali. Jika pengerjaannya sempurna, ayam atau itik akan tampak seperti sosok aslinya.

Selanjutnya, ayam atau itik tersebut tersebut direbus (sering juga juga dikukus) hingga setengah matang. Setelah itu dipanggang. Ada pula yang membungkusnya dengan upih (pelepah kelapa) lalu menyangrainya di atas periuk tanah.

Untuk olahan panggang dan guling, caranya tak jauh beda dengan yang dilakukan di daerah lain.


Mengenal Pusaka Kuliner Bali (2) : Bumbu Khas Bali

Sumber:
  • I Made Suandra, Dharma Caruban (Tuntunan Ngebat), Kayu Mas, 1988
  • I Wayan Kardji, Makanan Khas Bali dalam Konteks Pesta Adat, Kiwa Tengen Dalam Budaya Bali halaman 124-160, Kayumas, 1992

On Labels: , | 0 Comment

Oleh: Maria Ekaristi

Telah banyak pemberitaan mengenai Warung Makan "Mertha Sari" ini. Namun dari semua itu nyaris tak ada yang mengabarkan bahwa warung makan yang terletak di Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung ini merupakan rumah makan yang menginspirasi puluhan rumah makan di Bali untuk menyediakan paket nasi dengan lauk lempet dan sate languan. Lempet adalah pepes ikan tongkol dengan bumbu khas Bali (baca: Pesingahan). Sedangkan Sate Languan adalah sate lilit berbahan ikan tongkol dengan bumbu dan cara pengolahan yang khas pula. Pada dasarnya bumbu kedua jenis lauk tersebut adalah serupa. Keduanya dibumbui cabai, terasi, garam, bawang merah, bawang putih, gula merah, dan jeruk limau. Pengolahan ikannya pun serupa, sama-sama dilumatkan bersama bumbunya dan di panggang di atas bara. Bedanya, lempet dibungkus dengan daun pisang, sedangkan sate languan dililitkan pada batang yang terbuat dari pelepah kelapa atau bambu.






Di Warung Makan Mertha Sari, lempet dan sate languan dihidangkan untuk menemani seporsi nasi putih bersama sayur kacang panjang berbumbu kalas, sup ikan berbumbu rempah, sambal matah, dan kacang tanah goreng. Semua hidangan tersebut memiliki cita rasa yang saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Karenanya, akan terasa ada sesuatu yang kurang jika satu di antara hidangan tersebut tidak tersaji.

Warung Makan Mertha Sari sendiri berada di sisi timur Desa Pesinggahan, sebuah desa yang berdekatan dengan beberapa kampung nelayan seperti Kusamba, Goa Lawah dan Wates. Cukup mudah untuk menemukannya. Dari Kuta, letaknya sekitar 45 kilometer ke arah timur. Dengan mobil berkecepatan sedang, melalui jalan by pass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, anda membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Ancar-ancarnya, begitu tiba di kampung nelayan Kusamba, teruslah ke arah timur menuju obyek wisata Goa Lawah. Sekitar tujuh menit dari situ, anda akan menjumpai pertigaaan dengan penunjuk jalan yang cukup terlihat. Ada juga di sekitar situ papan nama “Warung Mertasari Pesinggahan” terpampang cukup mencolok. Berbeloklah ke kiri dan melaju ke utara sekitar 500 meter, anda sudah menemukan warung menu ikan yang kondang itu.

Suasana warung itu cukup nyaman. Namun beberapa tamu merasakan sedikit gerah. Mungkin pada saat-saat tertentu cuaca di daerah pantai memang terasa menyengat. Ketika datang, saya sendiri merasakan suasana warung dengan bangunan terbuka dan berada di areal dengan puluhan pohon nyiur itu, cukup menyenangkan.


Areal warung makan dibagi menjadi dua. Areal utama berukuran besar dan terdapat 17 balai-balai bambu yang dirancang bagi tamu yang senang makan dengan posisi duduk bersila. Sedangkan areal satunya lagi berukuran lebih kecil, terletak lebih di tengah. Di sana terdapat beberapa meja dan kursi untuk para tamu yang lebih menyukai makan bertatakan meja sebagaimana di restoran-restoran pada umumnya.

Sekadar menunjukkan cukup terkenalnya warung makan makan ini, Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dan beberapa selebriti ibu kota pernah singgah di ikon desa pesinggahan ini. Sayang sekali saya tak bisa menuliskan lebih banyak mengenai pemilik Warung Mertha Sari ini. Informasi yang saya miliki sekadar bahwa rumah makan ini didirikan oleh Ibu Wayan Joni pada tahun 1996. Soalnya, ketika saya bertanya mengenai riwayat rumah makannnya, dia mengatakan bahwa sudah banyak wartawan yang menulis tentang itu. Barangkali Bu Wayan sedang lelah karena sangat sibuk melayani tamu-tamu yang berjubel di warungnya.

On Labels: , | 0 Comment

Oleh : Maria Ekaristi

Sumpek dengan rutinitas sehari-hari? Atau, ingin menikmati suasana makan siang yang jauh dari kebisingan? Datanglah ke Rumah Makan Sawah Indah di Jalan Raya Teges - Goa Gajah, Ubud. Dijamin, begitu memasuki tempat tersebut anda akan merasakan suasana yang berbeda. Rumah makan ini berada di tengah areal persawahan yang sejuk sangat cocok untuk bersantap sembari bersantai.

Menu makanan andalannya adalah menu-menu tradisional yang memanjakan lidah seperti ikan, ayam atau bebek bumbu Bali dengan berbagai olahan. Juga aneka sayuran bumbu Bali yang sedap seperti plecing kangkung dan plecing gonda.



Yang istimewa, Bebek Goreng yang yang terhidang di rumah makan ini begitu gurih dan renyah. Nyaris melampaui hidangan bebek goreng di resto-resto spesialis bebek goreng yang sudah terkenal.

Di luar itu, kelebihan rumah makan yang dikelola oleh Eka Sugiyantha ini adalah ketersediaan layanan outbound dan berbagai wahana permainan di arena lumpur seperti gebug bantal, bola tangan, tarik tambang, menangkap belut, menangkap bebek, bakiak tandem, menanam padi, membajak sawah, dan memancing. Hal ini menjadikan rumah makan Sawah Indah ini sebagai wahana yang asyik untuk liburan keluarga.

Untuk program outbond, ada beberapa layanan yang tersedia. Jika anda memilih Full Program, minimal peserta 20 orang, anda akan diajak untuk menikmatik kegiatan cycling, trekking; permainan di lumpur (gebug bantal, bola tangan, tarik tambang, nangkap belut, nangkap bebek), bakiak tandem, menanam padi dan memancing. Jika mengingkan kegiatan seperti menanam padi atau membajak sawah, ada biaya sedikit tambahan untuk itu.

Untuk paket full program yang dimulai sejak pukul 09.00 hingga pukul 15.00 ini, anda dikenakan biaya Rp. 325 ribu per pax. Harga tersebut sudah termasuk dua kali coffee break dan makan siang.

Jika menginginkan paket dengan jumlah peserta yang lebih kecil, tersedia Paket Family dengan peserta minimal empat orang. Kegiatannya: permainan di lumpur dan memancing. Untuk paket ini, biaya yang harus anda keluarkan adalah Rp. 150 ribu per pax. Harga tersebut sudah termasuk biaya makan siang.

Jika anda mengikuti aktivitas outbond, jangan lupa membawa baju ganti dan perlengkapan mandi.

Fasilitas lain yang terdapat di areal rumah makan "Sawah Indah" adalah:

Camping
Tenda untuk lima dan 10 orang
Check in pukul 11.00, check out pukul 14.00 keesokan harinya
Harga: Rp. 200 ribu per pax termasuk breakfast
games di lumpur; mandi di sungai.

Memancing
sewa pancing Rp. 10 ribu per unit
umpan Rp. 5 ribu per bungkus
gurami Rp. 60 ribu per kg
lele Rp. 37 ribu per kilogram

Dengan fasilitas empat gazebo dan lokasi yang dapat menampung sampai sepuluh tenda serta areal parkir yang dapat menampung hingga 30 mobil, wahana ini sangat cocok dipilih sebagai alternatif liburan keluarga atau lembaga.

Bagaimana mencapai lokasi "Sawah Indah"? Bila anda berangkat dari Denpasar menuju obyek wisata Pura Goa Gajah, tiba di pertigaan Teges, berbeloklah ke kanan. Anda memasuki Jalan Raya Goa Gajah. Beberapa meter sebelum pompa bensin yang terletak di sisi kiri jalan, anda akan melihat papan nama Sawah Indah. Masuklah ke gang itu, selanjutnyaa Anda akan akan dipandu dengan papan penunjuk arah yang dipasang di sepanjang jalan kecil di tengah-tengah persawahan.







Rumah Makan Sawah Indah
Jl. Raya Teges - Goa Gajah, Ubud, Gianyar
0361.7858080


On Labels: , | 0 Comment

Oleh: Maria Ekaristi & Agung Bawantara

Warung ini didirikan pada tahun 1957 oleh I Made Pegeg. Mula-mula berupa sebuah warung sederhana disebuah gang yang letaknya tak jauh dari warung yang sekarang. Menu pada saat didirikan adalah lawar godel (sapi muda). Karena lezat dan khas warung milik Pak Pegeg itu langsung ramai pengunjung. Meski demikian, ahli lawar ini tetap bersahaja. Ia tetap bertahan dengan sajiannya yang sederhana dan harganya yang murah. Tapi, kesederhanaan itu justru semakin membuat warung lawar Pak Pegeg menjadi terkenal. Orang-orang menyebutnya Warung Lawar Penatih.

Karena usia yang semakin renta, perlahan-lahan Pegeg menurunkan kemahirannya meracik bumbu kepada putrinya Ni Ketut Ribug, dan kemudian menyerahkan pengelolaan warung itu kepadanya.
Tahun 1982, karena berbagai pertimbangan Ni Ketut Ribug memindahkan lokasi warung beberapa meter di seberang warung yang lama. Pada saat-saat tersebut, selain di warung, penjualan juga dilakukan berkeliling ke tempat-tempat di mana tajen (sabungan ayam) tengah digelar.
Itu berlangsung hingga beberapa tahun lamanya.

Kembali karena pertimbangan usia, Ni Ketut Ribug menurunkan keahlian memasaknya pada putranya, I Wayan Nanu. Sekaligus juga menyerahkan pengelolaan warung itu ke pemuda alumnus Fakultas humum Universitas Udayana tersebut. Di tangan Nanu, warung ini mengalami perubahan menu dari godel menjadi babi dan bebek. Alasannya, karena daging godel semakin sulit didapat dan harganya semakin melangit.

Tahun 1996, Nanu, memindahkan lokasi warung ke lokasi yang ditempati hingga sekarang. Yakni di jalan Padma, Denpasar Utara.

Kini warung sederhana itu sudah berubah menjadi bangunan permanen dua lantai. Di situlah layanan dibuka sejak pukul delapan pagi hingga pukul lima sore. Setiap harinya, warungi itu dikunjungi tak kurang dari 150 pembeli, rata-rata berusia di atas 30 tahun. Menu tetap sampai saat ini adalah : lawar, sate, ares, daging goreng, urutan.

Menurut nanu, rahasia sukses Warung Lawar Penatih ini adalah kesetiaannya menjaga rasa yang kuat dari bumbu wangen.

“Sebagai pewaris, saya berusaha mempertahankan apa yang telah dirintis oleh kakek dan ibu saya,” Papar Nanu.

On Labels: , | 0 Comment

Oleh: Maria Ekaristi & Agung Bawantara

Pernah mendengar menu rujak kuah pindang, bukan? Itu lho, rujak berbumbu terasi, garam dan cabai, lalu dikuahi dengan kaldu ikan. Di Bali, banyak warung yang menyediakan jenis kudapan ini. Satu di antaranya adalah “Warung Dadong Ayu” di Jalan Merdeka, Renon, Denpasar. Letaknya persis di pojok perempatan berseberangan dengan kantor Telkomsel. Warung ini sederhana saja, namun rasa rujaknya istimewa. Komposisi bumbunya terasa pas dengan buah dan kuahnya sehingga adonan menjadi begitu segar dan menerbitkan selera.

Layaknya warung rujak tradisonal di Bali, selain rujak kuah pindang di warung ini juga tersedia rujak cuka dan rujak gula. Keduanya sama segar dan nikmatnya. Tak ketinggalan juga hidangan tipat bumbu plecing, plecing kangkung dan tipat cantok. Harga per porsinya rata-rata Rp 3 ribu saja.

Dan, yang penting, meskipun tempat dan bangunannya sederhana, penyajian makanan di warung ini cukup hygenis. Mau coba? Datang saja. Tapi, jangan terlalu sore. Soalnya, warung tradisonal ini cukup laris. Begitu dagangan yang disiapkan pada pagi hari habis (biasanya sekitar pukul 14), maka warung pun langsung tutup. (abe/jjb)

On Labels: , | 0 Comment

Oleh : Maria Ekaristi & Agung Bawantara

Ya, di café ini siapa pun boleh sok tahu. Soalnya, seluruh menu yang ditawarkan di sini memang serba tahu. Lihat saja daftar menunya. Ada Tahu Gimbal, Tahu Gejrot, Tahu Tek, Sapo Tahu, Steam Tofu, Tahu Guling, Tahu Asam Manis, Tahu Mie Kepyok, Tahu Bum, Tahu Campur, Tahu Sayur Asin, Tahu Gembrot, dan banyak lagi. Seluruhnya tak kurang dari 60 menu berbahan tahu! Nama cafe ini adalah "Cafe Tahu"

Selain makanan, di café ini juga tersedia penganan berbahan tahu seperti Tahu Kipas, Kripik Tahu, dan Snack Tahu. Juga minuman berbahan serupa tahu, yakni Sari Kedelai. Singkat cerita, café milik Zakaria ini menarik untuk kamu kunjungi jika melakukan peralanan ke arah Bedugul atau Lovina (Singaraja). Di café yang beroperasi dari pukul 09.00 hingga 19.00 Wita ini terdapat sepuluh balai-balai beratap alang-alang (berlapis mika). Di sana kamu dapat menikmati hidangan dengan santai dan nyaman.

Yang istimewa, selain rasanya lezat, harga hidangan di café ini juga bersahabat. Harga seporsi makanan bermula dari Rp 5 ribu. Menu termahal, berharga Rp 25 ribu, yakni Steam Tofu Salmon. Dan, dengan pengolahan tahu yang dimiliki sendiri, “Café Tahu” menjamin rasa dan kebersihan tahu yang dihidangkan.

“Selain enak, kami jamin menu-menu di sini sehat, dan murah,” ucap Zakaria.

Mau tahu tempatnya? Cafe Tahu ini berada di Jl. Raya Denpasar – Bedugul Km 37, Luwus, Baturiti, Tabanan. Sangat mudah menemukannya. Sebab cafe ini berada di sisi jalan raya dan di depannya terdapat sebuah caravan putih bertuliskan "Cafe Tahu". Pemesanan bisa melalui telepon nomor (0361) 7459953, 0811392334.

On Labels: , | 0 Comment

Oleh: Maria Ekaristi & Agung Bawantara

Rusaknya lingkungan alam kita saat ini membuat konsep “green” layak diusung oleh sebanyak mungkin kalangan. Tak terkecuali warung makan. Karena itu, ketika Green Waroeng Pondok Taliwang buka di Jalan D.I. Panjaitan, Denpasar, banyak kalangan berduyun datang bertandang. Selain untuk menyicipi menu-menu yang tersedia, juga sebagai ungkapan dukungan terhadap semangat warung ini dalam pelestarian alam.

Wirawan, pemilik warung ini, sadar betul bahwa bagi pembeli, yang utama dari sebuah warung makan tentu cita-rasa masakannya. Konsep penyajian dan kemasan adalah pendukung cita-rasa tersebut. Untuk itu, dia menyediakan sajian-sajian yang ia jamin semuanya memanjakan lidah. Ada ayam, gurami, udang, cumi-cumi, kepiting, soka, lobster yang semuanya diramu dengan bumbu-bumbu ala Taliwang yang lezat. Semua bahan dan bumbu dijamin segar. Racikan-racikan makanan pun dijamin bebas bahan pengawet dan penyedap buatan seperti Monosodium Glutamat (MSG).

Soal rasa, hidangan di warung ini tergolong enak. Memang bumbu ayam Taliwang tak semenyengat bumbu ayam Taliwang kebanyakan. “Itu kami sengaja. Kami telah melakukan uji rasa ke beberapa kalangan dari kultur yang berbeda, rasa yang paling moderat adalah yang kami sajikan ini,” ucap Wirawan menjelaskan.

Lalu, di mana konsep green-nya?

“Pertama, semua proses pengolahan dari pembuatan makanan sampai penanganan limbahnya kami upayakan ramah lingkungan. Kedua, bahan bakar yang kami gunakan sedapat mungkin bahan bakar terbarukan. Bahkan, pelan-pelan kami tengah mengupayakan penggunaan kompor atau peralatan lain bertenaga matahari,” papar Wirawan.

Selain itu, imbuh Wirawan, suasana dan aktivitas yang terselenggara di warung ini diupayakan agar selalu mengembuskan semangat pelestarian lingkungan. Karena itu, Green Waroeng Pondok Taliwang memberi penghargaan terhadap para pelanggan loyal. Penghargaan itu berupa ‘Green Card’ untuk mendapat potongan sepuluh persen setiap kali makan di situ.

“Bagi kami, setiap pelanggan yang makan di warung ini adalah penyelamat lingkungan yang harus kami apresiasi dengan cara kami,” tandas Wirawan.

Lokasi Green Waroeng Pondok Taliwang berada di ruas jalan baru yang menghubungkan Jalan Raya Puputan Barat dan Jalan Tantular, Renon. Di areal seluas 400 meter persegi itu terdapat delapan pondok lesehan yang dapat menampung total 42 orang ditambah satu bangunan yang menampung 30 kursi. Warung ini buka setiap hari pada pukul 09.00 – 22.00 Wita.

Soal harga? Cukup bersahabat dengan kantongmu. Satu porsi Ayam Taliwang misalnya, dibandrol dengan harga Rp28 ribu. Itu yang dengan ayam utuh. Yang ayamnya setegah, diandrol dengan harga Rp17 ribu. Harga menu lainnya? Yaaaah, segitu-segitu jugalah.

Pondok Taliwang juga menerima pesanan untuk prasmanan maupun dengan kemasan kotak. Untuk prasmanan dipatok dengan harga Rp 35 ribu per kepala, sedangkan dengan kemasan kotak dipatok Rp 17,5 ribu dan Rp 28 ribu.

Alamat Green Waroeng Pondok Taliwang:
Jl. DI Panjaitan, Renon
Tel: 0361 2082548

On Labels: , | 0 Comment

Oleh: Maria Ekaristi & Agung Bawantara

Jika melancong ke kawasan Tulamben atau Amed, dua pantai indah di sisi timur pulau Bali, tempat makan enak yang bisa kamu singgahi adalah Pondok Mina. Rumah makan nyaman milik I Wayan Darmika ini menyajikan menu unggulan aneka olahan ikan Gurame. Ada yang digoreng, dipepes, dipanggang, atau yang dibumbu asam manis. Semuanya dihidangkan dalam satu paket berisi nasi putih, plecing kangkung dan lalapan. Harga per paket hanya Rp 35 ribu saja.

Kelebihan hidangan di rumah makan ini adalah semua bumbu hidangan diolah pada saat pesanan datang, bukan dibuat pada hari sebelumnya. Jadi, makanan yang tersaji terasa enak dan segar. Dan, sejak pukul 07 pagi hingga pukul 09.30 malam, tamu-tamu yang datang akan dilayani dengan oleh 12 pramusaji yang ramah .

Untuk mempercepat persiapan, sebaiknya pemesanan dilakukan sebelumnya via telepon. Dengan demikian, begitu kamu tiba di rumah makan yang berlokasi di dekat obyek wisata Tirtagangga itu, pesananmu sudah siap terhidang. Sebagai bayangan,untuk mempersiapkan menu paket Gurame pepes, juru masak rumah makan ini membutuhkan waktu sedikitnya 25 menit.

Karena ramai dikunjungi baik oleh pelancong dan pelanggan dari berbagai kalangan, setiap harinya warung makan ini menghabiskan rata-rata 80 ekor Gurame dengan berat per ekor 600 gram.

Meski terkenal dengan menu Guramenya, tempat makan dengan motto “unique for you” ini juga menyediakan menu lain bagi mereka yang lagi tak ingin menyantap Gurame. Menu-menu tersebut antara lain ayam goreng, ayam goreng asam manis, cap cay, dan nasi goreng.

Alamat lengkap rumah makan ini adalah Jl. Untung Surapati, Padangkerta, Amlapura, telepon (0363) 23154 atau 0812 397 6834.

On Labels: , , | 0 Comment

Oleh: Agung Bawantara

Sudah pernah tahu lawar, kan? Ya, lawar adalah satu di antara sekian banyak makanan khas Bali. Bahannya terdiri dari sayuran yang dicincang, lalu diurap bumbu Bali yang khas dengan terasi dan rempah- rempahnya. Adonan itu dilengkapi dengan campuran daging dan kelapa yang diparut gobed (lebar). Ada banyak jenis lawar berdasarkan olahan dan bahannya. Satu diantaranya adalah lawar kuwir.

Dinamakan lawar kuwir karena lawar ini mengandung daging kuwir (mentok). Dulu, lawar jenis ini lebih banyak dijumpai pada sajian pesta-pesta pernikahan atau pesta kegembiraan yang lain. Sekarang, menu ini dapat ditemukan di banyak tempat makan di Bali. Salah satu penyedia menu lawar kuwir yang paling kondang di Bali adalah Warung Lawar Kuwir “Kasiku” yang terletak di Bypass Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Dari arah Denpasar, warung ini berada sekitar 50 meter setelah Jembatan Air yang melintas di atas jalan bypass, di sisi kiri jalan. Dari arah timur, (Karang Asem atau Klungkung) letaknya sekitar 50 meter setelah traffic light perempatan Losan-Pantai Batu Lepang, di sisi kanan jalan. Posisi warung yang berada 1,5 meter lebih tinggi dari badan jalan membuat suasana warung terasa santai saat beristirahat sejenak sebelum meneruskan perjalanan.

Hidangan lawar kuwir di warung Kasiku ini sangat enak. Rasa bumbunya meresap ke dalam daging kuwir. Dagingnya yang gurih dan kenyal jauh dari aroma amis. Jika tak mengetahui sejak awal dari daging apa lawar tersebut di buat, kamu sulit mengetahui bahwa daging dalam lawar tersebut adalah daging kuwir.

Paket yang dihidangkan oleh warung Kasiku terdiri dari nasi putih, lawar kuwir dengan kelapa, lawar kuwir dengan nangka, sate kuwir lilit dan sate kuwir pusut serta semangkuk jukut ares (sayur dari batang pisang muda yang dikuwahi dengan kaldu kuwir). Harga untuk satu paket tersebut hanya Rp 12 ribu!

Minum? Tinggal pilih mau yang panas, hangat atau dingin. Mau yang segar atau kemasan.

Menurut Ibu Nyoman, pemilik warung, setiap hari “Kasiku” diserbu puluhan pelanggan. Untuk mereka itu, Ibu Nyoman menyediakan sedikitnya 15 ekor kuwir jantan. Kuwir-kuwir tersebut ia dapatkan dari para petani peternak di wilayah kabupaten Klungkung.

Mengapa jantan?

“Soalnya,” kata Ibu Nyoman, “...dagingnya lebih banyak dibandingkan dengan yang betina. Rasanya juga lebih gurih dan kesat.”

Warung Lawar Kuwir “Kasiku” buka pukul 08.00 - 17.00 Wita. (abe/jjb)


Informasi terkait:
Lawar

On Labels: , , | 0 Comment

Dalam bahasa Bali, bebek bengil berarti bebek dekil basah kuyup tersiram air lumpur. Bebek macam itu sama sekali tak menarik untuk didekati. Tapi berbeda dengan bebek bengil di jalan Hanoman, Padang Tegal, Ubud. Yang ini justru dicari banyak orang. Soalnya, bebek bengil di restoran yang juga bernama "Bebek Bengil" ini adalah hidangan bebek goreng yang sangat renyah. Rasanya gurih dan lezat!

Di restoran yang
sangat bangga menerjemahkan namanya dengan “Dirty Duck” ini, bebek goreng yang disajikan memang benar-benar terasa seperti krupuk. Tak terlihat lelehan minyak sebagaimana banyak terjadi pada sajian bebek goreng kebanyakan. Tak terembus juga aroma amis sebagaimana olahan-olahab bebek pada umumnya. Seporsi menu “bebek bengil” terdiri dari sepotong daging bebek goreng, sepinggan sambal matah, sepinggan sambal terasi, sayur urap dan sepiring nasi. Kalau ingin variasi yang berbeda, kamu bisa mengganti nasi dengan kentang goreng dan sayur urap dengan salad.

Makan di restoran ini sangat menyenangkan. Kamu bisa memilih makan di kursi atau lesehan di bale bengong (sejenis saung di Sunda atau bruga di Lombok) yang terdapat di pinggir persawahan. Dari hamparan persawahan itu angin segar berembus yang membuat selera makanmu semakin mantap.

Selain bebek goreng, di restoran ini tersedia pula banyak jenis makanan khas Bali yang dijamin halal bagi kamu yang Muslim. Harganya? Sepadan dengan suasana yang kamu nikmati. Untuk seporsi “bebek bengil”, kamu harus merogoh kocek sebanyak Rp 63 ribu.

Karena letaknya di pinggir jalan utama yang tak terlalu lebar, kamu akan kesulitan memarkirkan mobil. Tapi jangan khawatir, restoran ini menyediakan layanan free service valet parking yang membuatmu tak pusing dengan urusan parkir-memarkir yang kerap membuat senewen di saat-saat perut sedang lapar.






On Labels: , , | 0 Comment