Gresik United In Future, Good Suggestion for You

BAB 1_ PENDAHULUAN

Tes dan Pengukuran

Tes pada dasarnya merupakan suatu pengukuran yang objektif dan standar terhadap sampel perilaku, dan merupakan prosedur yang sistematik guna mengukur sample perilaku seseorang. Sedangkan mengukur adalah membandingkan atribut yang hendak diukur dengan alat ukurnya secara deskriptif yakni menyatakan hasil ukur secara kuantitatif hanya dengan satuan atau besaran ukurnya saja tanpa memberikan penilaian kualitatif.

Klasifikasi Tes

Cronbach (1970) membagi tes menjadi dua kelompok besar, yakni :

1. Tes yang mengukur performasi maksimal (maximum performance)

• tujuan : mengukur apa yang mampu dilakukan dan seberapa baik seseorang mampu melakukannya.

• stimulus : jelas terstruktur dan subjek mengetahui jawaban yang dikehendaki.

• contoh : tes inteligensi, tes bakat, tes prestasi belajar, tes profisiensi.

2. Tes yang mengukur performasi tipikal (typical performance)

• tujuan : mengukur apa yang cenderung seseorang lakukan.

• stimulus : berstruktur ambiguous dan subjek tidak mengetahui jawaban yang dikehendaki.

• contoh : tes minat, tes sikap, dan berbagai bentuk skala kepribadian.

Tes Prestasi Belajar

Tes prestasi belajar merupakan salah satu alat pengukuran di bidang pendidikan yang sangat penting artinya sebagai sumber informasi guna pengambilan keputusan. Penyusunan tes prestasi belajar yang baik agar hasil ukur yang diperoleh akurat (valid) dan dapat dipercaya (reliabel).

Tes Prestasi dalam Sistem Pendidikan

Dalam proses pendidikan dan pengajaran setiap saat akan selalu ada situasi yang memerlukan pengambilan keputusan, seperti :

1. Keputusan didaktik yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan pengajaran, seperti memilih kurikulum yang berlaku.

2. Keputusan administrasi guna memenuhi kebutuhan administrasi seperti keputusan menentukan nilai standar kelulusan.

3. Keputusan bimbingan penyuluhan guna memberikan bimbingan dalam penjurusan dan penentuan karir.

Berdasarkan keputusan-keputusan tersebut, tes prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi antara lain :

1. Fungsi penempatan adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar unyuk klasifikasi individu ke dalam bidang atau jurusan yang sesuai dengan kemampuan yang dapat dilihat pada hasil tes sebelumnya.

2. Fungsi formatif adalah penggunaan hasil tes belajar guna melihat sejauhmana kemampuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pelajaran.

3. Fungsi diagnostik dilakukan oleh tes prestasi bila hasilnya digunakan untuk mendiagnosis kesukaran belajar dan mendeteksi kelemahan siswa agar dapat segera diperbaiki.

4. Fungsi sumatif adalah penggunaan hasil tes prestasi untuk memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu program pelajaran.

BAB 2_ FUNGSI DAN LIMITASI

Fungsi Tes Prestasi

1. Tes sebagai pengukur prestasi karena tes dapat membantu untuk memberikan nilai yang lebih akurat (valid) dan dapat dipercaya (reliabel).

2. Tes sebagai motivator dalam belajar.

Keterbatasan Tes Prestasi

Objek tes prestasi adalah aspek mental psikologis atau atirbut non fisik sehingga tidak menghasilkan pengukuran yang akurat sekali karena apa yang dapat dicapai tes prestasi adalah semacam estimasi mengenai posisi relatif atau jenjang urutan individu menurut tingkat kemampuannya.

Prinsip-prinsip Pengukuran Prestasi Belajar

Gronlund (1977) merumuskan beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi, yakni :

1. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas sesuai dengan tujuan instruksional.

2. Tes prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicangkup oleh program instruksional atau pengajaran.

3. Tes prestasi harus berisi aitem-aitem denga tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.

4. Tes prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai degna tujuan penggunaan hasilnya.

5. Realibilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.

6. Tes prestasi harus dapat digunkan untuk meningkatkan belajar para anak didik.

BAB 3_STATISTIKA UNTUK PENGUKURAN

Macam Statistika

1. Statistika deskriptif adalah pengolahan dan penafsiran data kuantitatif dengan menghitung besaran-besaran yang dapat menunjukkan karakteristik kumpulan data sehingga akan diperoleh gambaran yang jelas mengenai data tersebut dan mudah di intepretasikan.

2. Statistika inferensial yakni pengolahan data lebih lanjut dengan penggunaan teknik-teknik analisis untuk mengestimasi besaran populasi berdasarkan data.

Distribusi Frekuensi

Adalah susunan perolehan angka dalam tes di satu kelas dengan menempatkan angka terkecil diatas dan diikuti angka perolehan tes yang lebih besar kemudian dicantumkan banyaknya pemilik angka masing-masing. Biasanya lambang macam angka (X) dan banyaknya mahasiswa (f) serta jumlah seluruh frekuensi (N) , ada beberapa yang dapat dihitung, yakni :

1. frekuensi kumulatif (fk) = f baris fk (ditambah) jumlah f sebelum baris fk

2. porporsi (p) = f pada baris X yang akan dihitung p nya (dibagi) N

3. proporsi kumulatif (pk) = fk pada baris x yang akan dihitung pk nya (dibagi) N

Persentil dan Jenjang Persentil

Secara simbolik dapat dilambangkan :

1. Persentil = Pn yang artinya angka (x) yang n% dari seluruh distribusi berada dibawahnya.

2. Jenjang persnetil = PR dengan pengertian jenjang persentil adalah besarnya persentase frekuensi yang lebih kecil daripada angka tersebut.

Menghitung Persentil

1. Bila pada titik persntil tidak ada angka kembar (hanya terdapat 1 frekuensi)

Untuk mengetahui nilai berapa saja yang termasuk dalam persentil ke 88,50% dan persentase ini jika dinyatakan dalam proporsi (p) = 0,885 kemudian dicocokan dengan tabel di angka (X) berapakah letak (p) sebesar 0,885. Jika sudah diketemkan maka :

P88,50 = {X baris p (+) x sebelum baris p} / 2

2. Bila pada titik persentil terdapat angka kembar (terdapat lebih dari 1 frekuensi)

Misalkan untuk mencari nilai berapa saja yang termasuk ke dalam P75 yang bila dinyatakan dalam proporsi (p) = 0,75. Maka penghitungannya :

P75 = batas bawah x baris p (+) hasil pengurangan p baris X dengan p pada baris X sebelumnya.

Menghitung Jenjang Persentil

Misalkan kita ingin menentukan PR bagi angka (X) = 34 maka :

PR (x=34) = pk batas bawah 34 atau pk pada baris angka sebelum 34 + ½ p baris 34

Ukuran-ukuran Tendensi Sentral

1. Mode atau modus adalah angka yang memiliki jumlah frekuensi paling banyak.

2. Median = P50 maka kita temukan dulu pk yang lebih besar dari 0,50 dalam tabel. Misalkan dalam tabel harga pk yang lebih besar dari 0,50 adalah 0,516 dimiliki oleh angka (X) = 25.

Median = batas bawah 25 + (0,50 - batas bawah pk yang dimiliki angka 25)

3. Mean adalah jumlah semua angka dibagi oleh banyaknya angka yang dijumlahkan. Jadi kita kalikan dulu setiap angka (X) dengan tingkat frekuensinya masing-masing kemudian kita jumlahkan seluruh hasil perkalian antara X dan F, hasil jumlah tersebut lantas dibagi dengan jumlah frekuensi murni keseluruhan.

Mean = ∑fX / N

Ukuran-ukuran Variabilitas

Adalah keanekaragaman angka-angka dalam suatu distribusi, semakin luas penyebaran angka dan semakin beragam angka yang ada berarti besar variabilitas distribusinya. Ada tiga macam ukuran variabilitas yakni :

1. Jarak sebaran adalah selisih angka tertinggi dengan angka terendah.

JS = Xterbesar - Xterkecil

2. Deviasi rata-rata adalah rata-rata penyimpangan angka dari mean.

Deviasi rata-rata = ∑f [ X - M ] / N

3. Varians yang diberi simbol S2 dengan rumus :

s2 = { ∑fX2 - (∑fX)2 / N} N - 1

Varians sebagai ukuran variabilitas seirng dinyatakan dalam bentuk Deviasi Standar (s) yakni akar pangkat dua dari varians.

s = √hasil s2

Distribusi Normal

Salah satu model distribusi yang paling penting adalah distribusi normal dimana harga mean, median dan modus adalah identik dan karenanya terletak pada titik yang sama sehingga membelah kurva menjadi dua bagian yang simetrik. Puncak kurva yang merupakan ordinat frekuensi tertinggi berada pada titik mean. Semakin menjauh dari titik mean ke kanan atau ke kiri, ordinat kurva akan semakin rendah dan kurva semakin mendekati garis horizontal, namun tidak pernah menyentuhnya (bersfiat asimtotik).

Distribusi Normal Standar

Merupakan distribusi angka atau skor X yang diperoleh langsung dari cara pemberian skor itu sendiri, dan angka ini dikenal dengan nama angka mentah (raw-scores) karena belum diolah atau dikonversikan menjadi satuan lain. Untuk mengubah angka dalam distribusi normal ke dalam satuan angka standar (z) , maka menggunakan rumus :

z = (X - M) / s

Korelasi Linier

Menunjuk pada kosep saling hubungan antara beberapa variabel. Korelasi dinyatakan dalam angka yang disebur koefisien korelasi (rxy).

Untuk penghitungan koefisien korelasi digunakan formula product-moment Pearson , dengan rumus sebagai berikut :

rxy = { ∑XY - (∑X)( ∑Y) / N} / √[ ∑X2 - (∑X)2 / N ] [∑Y2 - (∑Y)2 / N ]

X = angka pada variabel pertama

Y = angka pada variabel kedua

N = banyaknya subjek

Korelasi Point-Biserial

Bila variabel berupa variabel dikotomi yakni yang hanya memiliki dua macam angka saja maka untuk menghitung kita gunakan formula korelasi point biserial (rpb) dengan rumus :

rpb = [ (Mi - Mt) / st ] [ √(p / q) ]

Mi = mean skor variabel interval bagi subjek yang mendapat skor 1 pada variabel dikotomi

Mt = mean skor variabel interval bagi seluruh subjek

st = deviasi standar variabel interval bagi seluruh subjek

p = banyaknya skor 1 pada variabel dikotomi dibagi n

q = 1 - p

BAB 4_ PERANCANGAN TES PRESTASI

Identifikasi Tujuan dan Kawasan Ukur

Merupakan penegasan tujuan pengukuran yang akan dicapai oleh tes yang diikuti oleh pembatasan kawasan ukur, yakni pendefinisian lingkup materi ukur yang hendak diungkap.

Penguraian Komponen Isi

Penguraian isi tes bukan saja berarti mengusahakan agar tes yang kan ditulis itu tidak keluar dari lingkup materi yang telah ditentukan oleh batasan kawasan ukur akan tetapi berarti pula mengusahakan agar jangan sampai ada bagian isi yang penting terlewatkan dan tidak tertuang dalam tes.

Batasan Perilaku dan Kompetensi

Batasan perilaku merupakan operasionalisasi tujuan instruksional khusus dan umum, dimana tujuan isntruksional khusus pada umumnya sudah sangat operasional sehingga dianggap sebagai indikator perilaku. Agar lebih konkret rumusan tersebut harus dinyatakan dalam taraf kompetensi kognitif yang lebih spesifik berupa bentuk proses kognitif atau proses mental yang dapat menjadi indikator tinggi-rendahnya tingakt penguasaan siswa yang dikenai tes. Bloom menyusun konsep taraf kompetensi kognitif menjadi 6 jenjang, yakni :

6. evaluation

5. synthesis

4. analysis

3. application

2. comprehension

1. knowledge

Tabel Spesifikasi

Tabel spesifikasi tes berupa tabel yang memuat sekaligus uraian isi tes dan tingkat kompetensi yang akan diungkap pada setiap bagian. Tabel semacam ini berupa tabel dua sisi yang seringkali disebut sebagai test blue-print. Blue print akan menjadi pegangan yang sangat membantu sewaktu penulisan aitem berlangsung sebagai suatu pedoman yang akan menjaga agar penulisan aitem tetap terarah pada tujuan pengukuran tes dan tidak keluar dari batasan ini.

Tipe-tipe Aitem dalam Tes Prestasi

Aitem tipe objektif mempunyai hanya satu jawaban yang dianggap terbaik. Pembagian tipe aitem menurut kelasnya dilakukan oleh Brown (1971) ke dalam empat kelompok, yakni :

1. Tipe memilih alternatif, siswa diminta untuk memilih satu jawaban dari beberapa pilihan. Contohnya tipe pilihan ganda, tipe banr-salah, tipe memasangkan.

2. Tipe jawaban pendek, siswa diminta menjawab dalam bentuk kalimat pendek. Contohnya item tipe melengkapi.

3. Tipe karangan, meminta siswa untuk memberikan jawaban berupa karangan yang diramu dari banyak materi berbagai sumber.

4. Tipe problem, menghendaki siswa merumuskan prosedur yang akan digunakan lalu menerapkan guna menyelesaikan problem yang dihadapi. Tipe ini banyak dijumpai pada pelajaran matematika dan pengetahuan kuantitatif lainnya.

Menentukan Tipe Aitem yang Akan digunakan

Pertimbangan pertama menyangkut hasil belajar, suatu aitem haruslah mengukur hasil belajar secara lansung. Pertimbangan kedua adalah kualitas aitem yang mungkin dibuat. Adapun kelemahan dan keunggulan tipe-tipe aitem yang sering digunakan antara lain :

1. Tipe pilihan ganda

Keunggulan

komprehensif

pemeriksaan dan pemberian skor lebih mudah

penggunaan lembar jawaban menjadikan tes efesien dan hemat bahan

kualitas aitem dapat di analisis

objektivitas tinggi

memiliki reliabilitas tinggi

Kelemahan

memakan banyak waktu dan tenaga dalam pembuatannya

tidak mudah ditulis untuk mengungkapkan tingkat kompetensi tinggi.

adanya kemungkinan jawaban benar semata-mata karena tembakan

2. Tipe esai (karangan)

Keunggulan

relatif lebih mudah dibuat

lebih mudah untuk digunakan mengungkapkan tingkat kompetensi tinggi pemeriksaan

sangat baik untuk mengungkapkan kemampuan yang bertalian dengan ekspresi verbal-tulis

Kelemahan

kurang komprehensif

memakan banyak waktu dan tenaga

harus diperiksa sendiri oleh pembuat soal atau orang yang ahli

subjektivitas sulit dihindari

pertimbangan pemberian skor lebih kompleks

reliabilitas rendah

3. Tipe benar-salah

Keunggulan

komprehensif

pemeriksaan dan pemberian skor lebih mudah

penggunaan lembar jawaban menjadikan tes efesien dan hemat bahan

kualitas aitem dapat di analisis

objektivitas tinggi

mudah dibuat

Kelemahan

hanya dapat mengungkapkan tingkat kompetensi yang rendah

besar kemungkinan jawaban benar semata-mata karena tebakan

Menentukan Banyaknya Aitem

Secara teoritik, suatu tes haruslah berisi sebanyak-banyaknya aitem yang independen (tidak terikat) satu sama lain maksudnya bahwa masing-masing aitem mengungkap bagian terkecil bahan tes yang berbeda satu sama lain menurut tingkat kompetensi tertentu. Dengan alasan, pertama dasar pikiran bahwa isi tes harus mewakili keseluruhan bahan tes. Kedua mengenai konsistensi hasil pengukuran tes tersebut yang berkaitan dengan jumlah aitem.

BAB 5_ PENULISAN AITEM

Penulisan aitem tipe pilihan ganda

1. aitem hendaklah menanyakan hal yang penting untuk diketahui.

2. tulislah aitem yang berisi pernyataan pasti.

3. utamakan aitem yang mengandung pernyataan umum yang bertahan lama.

4. buatlah aitem yang berisi hanya satu gagasan saja.

5. buatlah aitem yang menyatakan inti pertanyaan dengan jelas, gunakan kalimat sederhana dan tidak berlebihan.

6. sebaiknya aitem tidak didasari oelh pernyataan negatif.

7. gunakan bahasa yang jelas, kata yang sederhana dan pernyataan yang langsung.

8. aitem harus memberikan alternatif bagi isi pernyataan yang paling penting.

9. berikan alternatif jawaban yang jelas berbeda.

10. alternatif yang ditawarkan hendaknya mempunyai struktur dan arti yang sejajar atau dalam satu kategori

11. penggunaan alternatif yang semata-mata meniadakan atau bertentangan dengan alternatif yang lain, haruslah dihindari.

12. bilamana mungkin, susunlah alternatif jawaban dalam urutan besarnya atau urutan logisnya.

13. penggunaan alternatif ”bukan salah-satu di atas” atau ”semua yang di atas” hanya baik apabila kebenaran bersifat mutlak dan bukan semata-mata masalah lebih dan kurang baik atau masalah kebenaran relatif.

14. jangan menjebak siswa dengan menanyakan hal yang tidak ada jawabannya.

15. hindari penggunaan kata-kata yagn dapat dijadikan petunjuk oleh siswa dalam menjawab.

Penulisan aitem tipe benar-salah

Berikut adalah petunjuk penulisan aitem tipe benar-salah menurut Ebel (1979) :

1. aitem haruslah mengungkapkan ide atau gagasan yang penting.

2. aitem tipe benar-salah hendaknya menguji pemahaman, jangan hanya mengungkap ingatan mengenai suatu fakta atau hafalan.

3. kebenaran atau ketidakbenaran suatu aitem haruslah bersifat mutlak.

4. aitem harus menguji pengetahuan yang spesifik dan jawabannya tidak jelas bagi semua orang, kecuali bagi mereka yang menguasai pelajaran.

5. aitem harus dinyatakan secara jelas.

Penulisan aitem tipe jawaban pendek

Ebel (1979) juga mengemukakan beberapa petunjuk dalam penulisan aitem tipe jawaban pendek, yakni :

1. pertanyaan atau pernyataan aitem harus ditulis dengan hati-hati sehingga dapat dijawab dengan hanya satu jawaban yang pasti.

2. sebaiknya rumuskan jawabannya lebih dahulu baru kemudian menulis pertanyaannya.

3. gunakan pertanyaan langsung, kecuali bilamana model kalimat tak selesai akan memungkinkan jawaban yang lebih jelas.

4. usahakan agar dalam pertanyaan tidak terdapat petunjuk yang mungkin digunakan oleh subjek dalam menjawab aitem.

5. jangan menggunakan kata atau kalimat yang langsung dikutip dari buku.

Penulisan aitem tipe pasangan

1. premis dan respons hendaknya dibuat dalam jumlah yang tidak sama.

2. baik premis maupun respons haruslah berisi hal yang homogen, yaitu dari sejenis kategori isi.

3. usahakan agar premis dan responsnya berisi kalimat-kalimat atau kata yang pendek.

4. buatlah petunjuk pemasangan yang jelas, sehngga siswa mengetahui dasar apakah yang harus digunakan dalam memasangkan premis dan responsnya.

5. sedapat mungkin susunlah premis dan respons masing-masing secara alfabetik atau menurut besaran kuantitatifnya.

Penulisan aitem tipe karangan (esai)

1. berikan pertanyaan atau tugas yang menghendaki siswa agar menunjukkan penguasaan pengetahuan yang penting.

2. buatlah pertanyaan yang arah jawabannya jelas, sehingga para ahli dapat setuju bahwa satu jawaban akan lebih baik daripada yang lain.

3. jangan menanyakan sikap atau pendapat.

4. sebaiknya pertanyaan diawali oleh kata-kata seperti ”bandingkan....” , ”berikan alasan....” , ”berikan contoh....” dan ”jelaskan mengapa....” .

5. jangan beri kesempatan siswa untuk memilih dan menjawab hanya sebagian diantara nomor pertanyaan yang disediakan.

6. sebaiknya, tulis lebih dahulu satu jawbaan ideal yang dikehendaki, baru kemudian menyusun pertanyaannya.

BAB 6_ PEMBERIAN SKOR

Pemberian skor untuk tes tipe objektif

Karena suatu alasan tertentu, dirasakan perlu menerapkan pengurangan angka bagi jawaban yang salah, maka gunakan rumus :

X = B - S / (a-1)

X = skor setelah dikoreksi

B = banyaknya aitem yang dijawab dengan benar

S = banyaknya aitem yang dijawab salah

a = banyaknya pilihan jawaban (alternatif)

Pemberian skor untuk tes tipe karangan (esai)

Pedoman bahan pertimbangan pemberian skor tes tipe esai agar proses pemeriksaan jawaban lebih objektif :

1. buatlah terlebih dahulu semacam pedoman pemberian skor yang berisi garis besar atau pokok-pokok jawaban yang dikehendaki.

2. buatlah kriteria-kriteria jawaban yang dianggap benar jika jawaban yang dikehendaki dapat dibatasi intinya, namun buatlah model jawaban yang paling benar jika jawaban yang dikehendaki berupa uraian panjang yang dianggap benar dari berbagai versi.

3. tidak mengetahui siapa pemilik kertas jawaban saat memeriksa jawaban.

4. periksalah jawaban terhadap aitem pertama dari seluruh siswa, baru kemudian memeriksa aitem nomor selanjutnya.

5. tidak melakukan pemeriksaan jawaban dalam keadaan lelah, tergesa-gesa, terlalu gembira.

Skor Standar

Skor mentah (raw scores) merupakan terjemahan langsung dari hasil performasi siswa dalam suatu tes yang dinyatakan dalam bentuk angka. Agar skor tes lebih mempunyai arti dalam kaitannya posisi atau kedudukan relatif (relative standing) para siswa secara individual, diperlukan adanya skor yang dapat dibandingkan (comparable) satu sama lain yang disebut skor standar.

T = 50 + 10(X-M) / s

T = skor standar

X = skor mentah

M = mean

s = deviasi standar

Skor Persentil

Skor persentil dinyatakan dalam bentuk persen (%), jenjang persentil suatu skor menunjukkan kedudukan relatif skor tersebut tanpa mempedulikan besarnya mean dan deviasi standar kelompok, serta sama sekali tidak memberikan informasi mengenai perbedaan di antara skor.

Pemberian Skor Komposit

Merupakan ukuran yang lebih reliabel terhadap prestasi siswa dari pada skor yang hanya diperoleh dari suatu tes yang dimaksudkan untuk memperoleh satu ukuran yang mencermin secara proporsional berbagai sumber skor yang diujikan terpisah.

skt = ∑[(X/Xt)xb]

skt = skor komposit tertimbang

X = skor pada komponen

Xt = skor maksimal yang mungkin dicapai pada setiap komponen

b = bobot komponen

BAB 7 _ANALISIS AITEM

Persiapan untuk melakukan analisis aitem meliputi beberapa langkah, yakni :

1. buatlah tabulasi skor aitem dan skor total bagi setiap siswa yang dikenai tes tersebut.

2. lakukan perjenjangan siswa menurut besarnya skor total tes (X) yang mereka peroleh dengan cara meletakkan siswa yang mempunyai skor tertinggi pada jenjang paling atas.

3. bila siswa tidak terlalu banyak, maka bagilah menjadi dua kelompok sama banyak menggunakan median skornya.

4. bila siswa terlalu banyak, maka ambil 27% dari kelompok skor tertinggi dan 27% dari kelompok skor terendah.

Parameter-parameter Aitem

1. Indeks kesukaran aitem

Merupakan rasio antara penjawab aitem dengan benar dan banyaknya penjawab aitem, dengan rumus :

p = ni / N

ni = banyaknya siswa yang menjawab aitem dengan benar

N = banyaknya siswa yang menjawab aitem

2. Indeks daya diskriminasi aitem

Adalah kemampuan aitem dalam membedakan antara siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan rendah, dengan rumus :

d = nit / Nt - nir / Nr

nit = banyaknya penjawab aitem benar dari kelompok tinggi

Nt = banyaknya penjawab dari kelompok tinggi

nir = banyaknya penjawab aitem benar dari kelompok rendah

Nr = banyaknya penjawab dari kelompok rendah

Efektivitas Distraktor

Efektivitas distraktor dilihat dari dua kriteria yakni (a) distraktor dipilih oleh siswa dari kelompok rendah, dan (b) pemilih distraktor tersebut relatif proporsional pada masing-masing distraktor yang ada.

Analisis Aitem dengan Bantuan Komputer

Analisis terhadap aitem dalam jumlah banyak dan subjek yang jugadalam jumlah besar tidaklah sederhana bila dilakukan dengan bantuan kalkulator biasa. Dewasa ini sudah tersedia banyak paket program statistika yang dapat dimanfaatkan guna menghitung parameter aitem dan telah tersedia pula paket program khusus untuk analisis aitem.

Indeks Reliabilitas dan Indeks Validitas Aitem

Fungsi indeks reliabilitas dan indeks validitas aitem adalah pada seleksi aitem yang bertujuan peningkatan reliabilitas dan validitas tes secara keseluruhan.

ira = √piqirix dan iva = √piqiriy

ira = indkes reliabilitas aitem

pi = indeks kesukaran aitem

iva = indeks validitas aitem

qi = i - pi

rix = koefisien korelasi point-biserial antara skor aitem dengan skor tes yang bersangkutan

riy = koefisien korelasi point-biserial antara skor aitem dengan skor suatu kriteria eksternal.

BAB 8 _PEMBERIAN NILAI

Penilaian Relatif

Adalah pemberian nilai terhadap siswa yang didasarkan atas norma kelas atau norma kelompok yaitu dengan menentukan posisi relatifnya terhadap siswa lain.

1. Penilaian dengan persentil

Penggunaan persentil dalam pemberian nilai didsari oleh suatu pengertian bahwa distribusi skor kelas yang bersangkutan mengikuti model distribusi normal.

2. Penilaian dengan skor standar

Pemberian nilai yang menggunakan skor standar dilakukan dengan mengubah skor hasil tes siswa kedalam bentuk penyimpangan dari mean dalam satuan deviasi standar.

3. Penilaian dengan stanine

Adalah semacam skor standar yang membagi distribusi frekuensi skor kedalam sembilan bagian, istilah ini berasal dari kata standar nine dimana angka tertinggi adalah 9 dan angka terendah adalah 1.

Penilaian Absolut

Adalah pemberian nilai yang didasarkan atas tercapainya suatu standar atau kriteria penguasaan (competence) tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu (criterion referenced evaluation). Biasa dipergunakan dalam mastery testing dimana setiap tujuan tes dinyatakan dalam tugas-tugas spesifik secara tegas, dan akan terlihat apakah subjek mampu melakukan tugas spesifik yang ada dalam tes.

Penilaian Kombinasi

Prosedur kombinasi, hal pertama terapkan lebih dulu skor yang harus dicapai (cut-off score) kemudian terapkan norma penilaian relatif pada kelompok siswa yang melampaui kriteria tersebut.

BAB 9 _VALIDITAS dan RELIABILITAS

Validitas

Berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran (tes) dalam melakukan fungsinya.

1. Koefisien Validitas

Koefisien validitas dinyatakan oleh korelasi antara distribusi skor tes yang bersangkutan dengan distribusi skor suatu kriteria.

2. Estimasi Validitas

Estimasi validitas dilakukan dengan menggunakan teknik analisis korelasional, tipe validitas yang berbeda menghendaki cara analisis yang berbeda pula. Berikut tipe validitas :

a. validitas isi, menunjukkan sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu dan pengujian validitas ini menggunakan analisis rasional.

b. validitas konstrak, menunjukkan sejauhmana suatu tes mengukur trait atau konstrak teoritik yang hendak diukur dan pengujian validitas ini dengan pendekatan multi-trait multi-method yang menguji serentak dua atau lebih trait yang diukur dengan dua atau lebih metode.

c. validitas berstandar kriteria, menunjukkan adanya hubungan skor tes dengan skor suatu kriteria dan pengujian validitas ini melalui analisis korelasional.

3. Interpretasi Koefisien Validitas

Interpretasi koefisien validitas bersifat relatif artinya tidak ada batasan pasti mengenai koefisien terendah yang harus dipenuhi agar validitas dinyatakan memuaskan.

Reliabilitas

Berasal dari kata reliability, pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel.

1. Koefisien Reliabilitas

Adalah angka yang menunjukkan tinggi rendahnya reliabilitas secara empirik. Semakin koefisien korelasi antara hasil ukur dari dua tes yang paralel, berarti konsistensi diantara keduanya semakin baik dan kedua alat ukur itu disebut sebagai alat ukur yang reliabel.

2. Estimasi Reliabilitas

a. pendekatan tes-ulang, menunjukkan konsistensi pengukuran dari waktu ke waktu dan menghasilkan koefisien reliabilitas yang sering disebut sebagai koefisien stabilitas dengan prinsip estimasi menggunakan instrumen pengukur dua kali pada waktu yang berbeda kepada sekelompok subjek yang sama.

b. pendekatan tes-sejajar, dapat dilakukan bila asumsi paralel terpenuhi yakni setaranya skor antara skor kedua instrumen dengan skor suatu ukuran lain dan prinsip estimasinya digunakan setelah kedua instrumen tersebut dikenakan berturu-turut pada sekelompok subjek.

c. pendekatan konsistensi internal, didasarkan pada data dari sekali pengenaan satu bentuk alat ukur pada sekelompok subjek tertentu dan dilakukan setelah keseluruhan instrumen yang telah dikenakan pada subjek dibelah menjadi beberapa bagian. Beberapa teknik pendekatan konsistensi internal, yakni :

• formula spearman-brown, digunakan bila jumlah aitem pada tes genap maka dapat dibelah menjadi dua bagian yang seimbang.

rxx’ = 2 (ry1y2) / (1+ ry1y2)

ry1y2 = koefisien korelasi antara skor belahan Y1 dan skor belahan Y2

• formula rulon, didasarkan pada selisih skor subjek pada kedua belahan data skor yang seimbang dan selisih skor itulah sumber variasi eror karenanya dapat menjadi dasar mengestimasi reliabilitas tes.

rxx’ = 1 - s2d / s2x

s2d = varians perbedaan skor belahan (d)

s2x = varian skor tes (X)

• formula alpha, tes dapat dibelah menjadi beberapa bagian namun tetap diharapkan seimbang.

α = k (1 - (sj / s2x) )

α = koefisien reliabilitas alpha

k = banyaknya belahan

sj = varians skor belahan (j)

s2x = varians skor tes (X)

• formula kuder-richardson 20, hanya dapat digunakan pada data skor dikotomi dari tes yang seolah-olah dibagi-bagi menjadi belahan sebanyak aitemnya.

KR-20 = {k / k-1 s2x} . [1 - ∑p(1-P) ]

3. Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Bersifat relatif tidak ada batasan mutlak yang menunjukkan angka koefisien terendah yang harus dicapai, menggunakan rumus :

se = sx √(1-rxx’)

sx = deviasi standar skor tes

rxx’ = koefisien reliabilitas tes

***0o0***
Sumber: http://diantikawiyanamp07.blogspot.com/2009/05/tes-prestasi-fungsi-dan-pengembangan.html