Gresik United In Future, Good Suggestion for You

Diambil dari kolom ‘Bungklang Bungkling’, 'Yeh', di harian Bali Post, Minggu, 17 Oktober 2010, oleh I Wayan Juniartha. Diterjemahkan oleh Putu Semiada.





YEH

I Made mabuk lagi memiliki teori mengapa warung tuak semakin ramai saja.

"Itu bukan karena tuak dan araknya yang makin bagus kualitasnya, makin enak rasanya, bukan karena harganya yang semakin murah. Bukan pula karena anak anak muda makin banyak yang frustasi dan mencari pelampiasan ke alkohol."

Anak-anak muda yang frustasi tentu larinya bukan ke warung tuak tetapi malah ke kafe remang-remang. yang dicari juga bukan tuak, melainkan bir cap ayam kampung, sambil minum mereka beercumbu dengan ayam kampung yang biasanya berasal dari Jember dan Banyuwangi.

"Yang menyebabkan warung tuaknya makin laris karena air semakin mahal, kata I Made.

Mereka semua tertawa. Mereka semua melihat I Made tadi terhuyung-huyung membawa dua galon air.

"Siapa menyangka kita akan membeli air, siapa sangka kita akan bisa menjual air," I Made ngomel.

Dahulu jika kita menginginkan air, kita tinggal ambil ambil kendi saja terus menuju sungai dan mengambil air. Jika tidak, kita bisa mendapatkan air di sumur. Tinggal menimba 3 empat kali maka kendinya sudah penuh.

"Sekarang, tukadnya kebanyakan isinya sampah, warnanya pekat karena polusi, kotoran, tinta sampai cat. Sumur-sumur juga sudah mulai kering, kalaupun tidak kering, rasanya seperti air laut," I Wayan Bedak Layah ikut nimbrung.

Yang mempunyai uang lebih, bisa berlangganan air PAM. Tapi air PAM pun sekarang keluarnya tidak lancar.

"Akhirnya mereka berlangganan air galon, jadi makin banyak uang yang mesti keluar."

Itulah ciri jaman modern, segala sesuatunya harus bayar, apa-apa keluar uang.

"Jika tidak kuat bayar aqua galon, bisa berlangganan air isi ulang, jauh lebih murah," kata I Ketut Wiraniaga.

Mereka cuma tertawa saja. Mereka tahu kalau I Ketut sangat pintar menangkap peluang bisnis. Jika ada peluang, maka I Ketut langsung menyambarnya.

I Made hanya menggeleng-geleng kepala saja. Dia yang sudah biasa minum aqua, air yang katanya berasal dari mata air paling jernih, dengan proses penyaringan hingga 21 kali hingga segala macam bakteri dan lumutnya mati. Jadi dia agak marah juga kalau mesti disuruh minum air yang lain.

"Dimana sumber air isi ulang itu di dapat? Berapa kali proses penyaringannya? Apakah sudah mengandung vitamin dan mineral? Jangan-janagan aku bisa sakit perutku nantinya sehabis minum air tersebut, begitu katanya.

I Ketut langsung mendelik. Maklumlah, sebagai salesman sejati, dia tidak terima jika ada yang menjelekkan produknya. Jika ada yang mengejek wajahnya yang jelek, dia tidak masalah. Jika ada yang mengatakan istrinya gemuk sekali, dia juga tidak masalah. Namun jika ada yang mengejek barangnya, maka matanya langsung mendelik.

"Jangan sembarangan kamu bicara, De. Air isi ulang ini sudah terdaftar di Depkes dan badan POM dan sudah melalui proses penyaringan skala dan niskala - sebelum mengambil air sudah minta ijin dulu, tangki-tangkinya juga sudah diplaspas (diupacarai), karyawan-karyawan juga sudah sembahyang Tri Sandhya sebelum mulai bekerja. Jadi jangankan bakteri, virus maupun racun, leak (ilmu hitampun) pun akan musnah karena proses penyaringan skala niskala itu.

Mereka tertawa semakin keras. Inilah yang namanya diskusi antara orang yang bodoh dengan orang yang keras kepala. Keduanya tidak tahu permasalahan, mereka hanya termakan promosi perusahaan air, tapi keduanya saling bersekukuh menganggap diri paling tahu segalanya.

"Pernah melihat proses mereka bikin air itu? Apa memang benar sudah melalui proses penyaringan 21 kali? Apakah memang benar proses skala niskala tersebut? Jika kamu tidak tahu apa-apa lebih baik diam. Di negara yang bernama Indonesia ini, barang yang terdaftar di Depkes maupun POM belum tentu jelas kualitasnya. Lihat saja mie instan produksi Indonesia kena razia di Taiwan karena kandungan pengawetnya," papar I Wayan.

Semuanya terkejut. Mie sudah menjadi makanan pokok bagi mereka semua. Pagi mie kuah, siangnya mie goreng, malamnya mie telur.

"Kalau sudah begini yang mana sebenarnya yang terjamin keamanannya? AIr isi ulang meragukan, mie instan berbahaya?," I Made berguman.

Memang lebih baik minum tuak. Meskipun tidak melalui proses penyaringan sebanyak 21 kali ataupu disaring skala-niskala, tuak sudah jelas-jelas jaminannya; jika terlalu banyak minum dijamin 100 persen mabuk.