Diambil dari kolom ‘Bungklang Bungkling’, ‘Bhineka’, di harian Bali Post, Minggu, 7 November 2010, oleh I Wayan Juniartha. Diterjemahkan oleh Putu Semiada

Bhinneka Tunggal Ika
Apa artinya Bhineka Tunggal Ika?
“Berbeda-beda minumannnya tetapi mabuknya sama,” I Nyoman Mabuk Lagi menjawab ala kadarnya.
Maklum, sudah dari tadi siang I Nyoman duduk di warung tuak. Posisi awalnya hanya duduk, lalu jongkok, terus bersandar, sekarang malah terkapar. Awalnya dia hanya minum kopi, lalu tuak aren, lalu arak, diakhiri dengan spritus. Pantaslah suaranya tidak karuan.
“Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda jumlah bulu Burung Garuda, tapi kepalanya tetap satu,” I Wayan Polo Kejokan ikut juga ngawur.
Beginilah akibatnya kalau sekolahnya hanya sampai TK saja. Yang diingat hanya tulisan Bhinneka Tunggal Ika di kaki burung Garuda.
“Berbeda-beda negara tujuan studi bandingnya, tetapi tetap sama goblognya.”
I Nyoman sepertinya sedang menyindir para pejabat yang suka studi banding kemana-mana. Bahasa Indonesia saja masih amburadul apalagi bahasa Inggris. Tentu saja sesampainya di London, Itali, Afrika Selatan dan Yunanai bisanya cuma mangut-manggut tidak mengerti apa-apa, kesana kemari Cuma mengandandalkan guide travel, jadi mirip bebek. Ketika pulang kembali mereka akan berlagak seperti orang desa sembari memuji-muji negara lain yang lebih maju.
Kalau cuma seperti itu hasil studi bandingnya, bukankah sebaiknya minta TKI saja yang presentasi di gedung dewan masalah kemegahan negara lain?
“Binneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda bencananya tapi sama penderitaannya,” tambah I Nyoman.
Mulai dari tsunami, gunung meletus, banjir hingga angin topan, yang sengsara hanya rakyat kecil. Tidak pernah ada gubernur yang kulitnya terbakar akibat awan panas, tidak ada mentri yang terkena musibh banjir, tidak ada bupati yang terkena bencana tsunami.
Yang ada hanya gubernur yang ke Jerman pada saat rakyatnya tertimpa bencana, mentri yang sedang belanja ke Hongkong dengan istrinya saat gunung meletus.
“Bhinneka Tungal Ika artinya berbeda-beda ceweknya tetapi sama enaknya,” I Wayan member sumbangan pemikiran.
I Putu Pancasilais Pesan Klengis frustasi mendengar definisi Bhinneka Tunggal Ika yang dibuat ngawur oleh sekaa tuak.
“Bhinneka Tunggal Ika itu artinya meskipun negara kita terdiri dari suku, golongan dan agama yang berbeda-beda, tetapi tetap bisa saling melindungi, saling menghormati, dan saling asah asih asuh,” seperti itu pidatonya.
Tiba-tiba semua krama tertawa terpingkal-pingkal.
“Kamu kebanyakan membaca buku. Banyak sekali gereja yang kena obor dan dilempari batu, pendeta yang kena tusuk, aktivitas Bhinneka Tunggal Ika yang dihajar oleh anggota FPI (Front Mau Menang Sendiri. Red), pemangku Pura Jaganatha yang disumpah-sumpahi oleh pegawai kantor cabang Kerajaan Majapahit di Bali, dimana letak rasa saling menghormati perbedaan tersebut?” I Nyoman menyela dengan semangat.
Sepertinya sudah hilang pengaruh spiritual dari kepalanya.
“Sekarang itu arti Bhinneka Tunggal Ika hanya bisa berbeda-beda tapi aku yang paling benar.”
Jika yang lain berani macam-macam, apalagi mereka sebagi kelompok minoritas, pasti akan dihajar.