Gresik United In Future, Good Suggestion for You

Diambil dari kolomBungklang Bungkling’, Gelar, di harian Bali Post, Minggu, 28 Februari 2011, oleh I Wayan Juniartha. Diterjemahkan oleh Putu Semiada

Gelar

Jaman sekarang orang yang disebut berhasil adalah orang yang mempunyai kekayaan yang berjibun.

Oleh Karena itu pula, sekalipun banyak yang tidak menyukai Gayus, tapi tidak sedikit pula yang ingin seperti Gayus; Siapa yang tidak senang memiliki uang bermilyar-milyar, mas batangan yang banyak, dan juga melancong kemana-mana?” kata I Made Pacul Lacur Jadul.

Jadi kekayaan duduk di urutan pertama sebagai parameter keberhasilan seseorang.

Jika tidak kaya, masih bisa dikatakan orang berhasil dengan syarat harus mempunyai jabatan. Meskipun tidak kaya, namun jika mempunyai jabatan maka banyak orang akan menaruh hormat. Minimal sanak keluarga akan merasa bangga mempunyai anak menjadi camat, apalagi bisa menjadi bupati, gubernur atau mentri. Tapi jangan mimpi menjadi presiden, cukup dalam mimpi saja. Sampai berapa kalipun mengalami reinkarnasi atau menjadiBethara Yang Guru’, orang Bali tidak akan pernah menjadi presiden.

Meskipun tidak kaya, namun jika mempunyai jabatan, maka tetap akan dianggap berhasil.

Namun tidak perlu kawatir masalah kekayaan. Jarang ada pejabat yang berlama-lama miskin. Setelah menjabat dua hari saja, setoran sudah mulai mengalir.”

Mulai fee ini itu, setoran tidak jelas, dana taktis, dana hantu, berbagai tunjangan, rumah dinas, mobil dinas, baju dinas, sampai selingkuhan dinas akan didapat.”

Jika di luar negeri banyak orang kaya ingin menjadi pejabat supaya bisa ikut membangun negara mereka. Di sini kebanyakan pejabat adalahorang miskin” yang ingin meningkatkan taraf hidup.”

Mereka semua manggut-manggut dan mendadak teringat akan seorang bupati yang jika tidak menjabat tidak akan pernah naik Land Cruiser Prado, teringat juga sama anggota dewan yang tidak menjabat tidak bisa bepergian ke luar negeri.

Jika tidak kaya, tidak menjabat, masih bisa juga menyandang manusia berhasil.

Caranya banyak-banyaklah mencari gelar. Bila perlu bisa menyandnag empat gelar doctor.”

Semakin banyak gelarnya, semakin hebat gelarnya, maka semakin pintar artinya, bijaksana dan tahu tentang segala hal.

Jika sudah mempunyai gelar bisa menjadi pengamat.”

Pengamat adalah lowongan kerja yang tidak pernah jenuh. Tiap hari ada saja pengamat baru. Dahulu hanya ada pengamat politik, ekonomi dan budaya. Sekarang mulai dari pengamat pupuk hingga pengamat ilmu hitam.

Jika sudah memiliki gelar, lalu senang member komentar, pintar member kritik yang sensasional, maka segera akan menjadi pengamat yang laris. Dampaknya akan banak mendapat homor, menjadi konsultan dimana-mana, dan malah bisa menjabat menjadi anggota tim ahli.

Mereka mengangguk-angguk. Mereka sudah sering membaca koran, jadi tahu persis komentar para pengamat yang mulutnya sampai berbusa-busa sepertinya lebih hebat dari Betara Guru, Tetapi jika mereka disuruh menyelesaikan pekerjaan, mereka akan langsung menghindar.

Sehingga jaman sekarang wajar saja semakin banyak orang kaya dan pejabat pemerintah yang bersekolah hanya untuk mengejar gelar. Tampaknya kalau sudah memiliki gelar yang banyak baru bisa disebut hebat.

Sekalipun bicaranya masih ngawur, tidak jelas ujung pangkalnya, akan tetapi jika pejabat yang gelarnya lebih panjang dari tali jemuran yang bicara maka tidak ada yang berani membantah.”

Pantas saja banyak sekali orang Bali yang sudah tidak menjabat lagi, kekayaan sudah mau habis cepat-cepat mencari gelar menjadi raja.

Rupanya mereka takut jika sudah pensiun tidak akan ada yang menghargai. Cepat-cepat menjadi raja supaya tetap mempunyai status orang yang berhasil dan berkuasa. Disamping itu jauh lebih mudah mendapat gelar raja (mabiseka ratu) dibandingkan mencari gelar akademis. Jika menjadi gelar raja tidak perlu membayar, tidak perlu membayar biaya kuliah, tidak perlu membuat skripsi/tesis/disertasi, tidak perlu menyogok kesana kemari supaya cepat lulus.

Akan tetapi gelarnya mesti Raja/Dalem/Tjkorda Agung, dan tidak memakai gelar yang lebih rendah seperti Gusti, bisa-bisa malah ditertawakan oleh saudar-saudaranya.”

Kesimpulannya jika ingin disebut orang yang berhasil, maka orang Bali itu harus kaya, kalau tidak kaya harus bisa mendapat jabatan. Jika tidak mempunyai jabatan, mesti banyak mempunyai gelar akademis yang banyak (minimal Doktor Kehormatan yang harganya paling murah 30 juta) atau memili gelar raja (abiseka ratu).

Jadi orang Bali yang tidak mempunyai kekayaan, tidak menjabat, serta tidak mempunyai gelar, apakah disebut orang yang tidak berhasil?

“Kita trima saja keadaan diri kita yang miskin, tidak punya jabatan dan tidak mempunyai gelar bertransmigrasi saja. Biarkan Bali dikuasai oleh orang-orang yang berhasil saja.

Mereka semua tertawa karena teringat dengan komentar seseorang yang kaya dan memiliki jabatan yang menyarankan petani Bali supaya bertransmigrasi supaya Bali seluruhnya bisa dikembangkan menjadi kawasan pariwisata.

Siapa dikiranya yang mempunyai pulau ini?