Gresik United In Future, Good Suggestion for You

Diambil dari kolom ‘Bungklang Bungkling’, ‘Asuransi’, di harian Bali Post, Minggu, 5 Desember 2010, oleh I Wayan Juniartha. Diterjemahkan oleh Putu Semiada




Asuransi

Dahulu kebanyakan orang Bali tidak perlu asuransi.

Maklum, jenis penyakit dahulu tidak begitu banyak, paling-paling hanya dimakan ‘leak’ (amah leak), kalau tidak halunisasi (kepangor). Sehingga pengobatannya pun tidak begitu mahal, tidak ruwet dan tidak lama. Yang dimakan leak cukup dibawa ke dukun (balian), sambil membawa sesaji (pejati) dan sumbangan (sesari), maka akan langsung mendapat obat (tamba). Kalau tidak sembuh, ya paling juga mati.

Yang berhalunisasi cukup menyatakan permintaan maaf (guru piduka) kepada para dewa (bethara) yang merasa tersinggung. Cukup memberikan sumbangan (sesari) kepada pendeta (pemangku), nanti akan dikasi air suci (tirta).

“Jika para dewa maha pengasih maka dia akan sehat, tapi jika dewanya mengidap hipertensi dan pendendam maka dia akan mati,” kata I Made Katulebo sambil terkekeh-kekeh.

Prosedur pengobatan gampang, hasilnya cepat. Sehingga mereka tidak perlu asuransi kesehatan.

Mereka juga tidak perlu asuransi kematian. Sebab kalau mati pasti akan diurus oleh warga (krama). Tidak ada yang namanya orang Bali sampai tidak mendapat kuburan. JIka keluarganya tidak punya uang untuk ngaben, maka desa akan turun tangan untuk upacara ngabennya.

“Mulai dari seseorang meninggal, sampai proses menjadi dewa pitara (dewa leluhur), semuanya sudah ada yang mengurus, jadi tidak perlu khawatir,” tambah I Made lagi.

Warga lainnya manggut-manggut saja tetapi tidak member komentar. Semua sedang memikirkan uangnya yang tidak jelas nasibnya di perusahaan asuransi yang baru saja ditutup oleh polisi.

Kalau jaman sekarang memang perlu asuransi kesehatan karena jenis penyakit semakin banyak. Mulai dari penyakit seram seperti kanker, penyakit ‘nasib buruk’ rabies (kalau bukan nasib buruk masak cuma digigit anjing bisa mati), hingga bebainan (teluh) modern, seperti yang menimpa para anggota DPR, yang senang sekali ke sana kemari jalan-jalan), hingga ‘mulut usil’ (bebainan bungut maong) yang menimpa mentri hingga presiden. Ciri-ciri penyakit ini adalah ngomong yang tidak perlu, tidak lucu, dan hanya bikin ribut saja).

“Meskipun bebainan modern tidak sampai membuat anggota DPR, mentri dan presiden tidak sampai meninggal, tetapi telah membuat rakyat depresi dan sakit hati.”

Pengobatan moden juga rumit dan mahal sekali. Dan hasilnya juga lama baru tampak.

“DI Puskesmas satu minggu, setelah itu di rumah sakit kabupaten satu minggu, kemudian dirujuk ke RSU Sanglah. Di sana juga tinggal satu minggu. Setelah satu bulan dibawa ke sana kemari, tetap saja akhirnya yang sakit itu meninggal. “

Yang sakit meninggal, yang hidup menanggung biaya rumah sakit, dokter, obat dan ambulan, yang harganya sama dengan sawah satu petak. Karena itulah perlu ikut asuransi kesehatan sekarang.

Jaman sekarang, matipun perlu biaya yang banyak. Apalagi jika ingin dikubur seperti pejabat, kuburannya dibeton dan dilapisi marmer. Apalagi jika ingin diaben seperti cokorda, memakai bade yang tinggi sekali serta diliput oleh wartawan televisi. Persoalan akan bertambah jika sewaktu hidupnya mempunyai masalah dengan warga. Jelas perlu uang sebagai upaya penyelesaian (penanjung batu). Kalau tidak, meskipun sudah mati, maka masih saja akan dipermasalahkan oleh warga.

“Oleh karena asuransi kematian sangat penting, supaya nanti kalau meninggal tidak membuat susah saudara, dan pada saat meninggal saudara-saudara kita bisa membagi-bagi uang sambil senyum-senyum.”

Karena I Made terlalu banyak bicara, warga menjadi jengkel.

“Kamu jangan terlalu banyak omong, De. Yang penting sekarang adalah bagaimana caranya supaya uang warga bisa kembali didapat dari asuransi bodong itu?” I Wayan Sugu Segul bertanya.

I Made hanya senyum-senyum saja.

“Wah, kalau urusan mengembalikan uang aku tidak ada solusinya. Tapi kalau urusan supaya tidak dibohongi lagi, aku punya asuransi, namanya ‘Asuransi Akal Sehat dan Jangan Terlalu Rakus’. Krama Bali sudah sering kena tipu, dahulu ada KKM, sekarang Balicon. Semua itu karena mereka lupa memakai akal sehat dan terlalu rakus ingin mendapatkan keuntungan.