Gresik United In Future, Good Suggestion for You

Perubahan iklim dan sekolah lapangan iklim

Pemanasan Global dan peningkatan suhu muka laut serta tinggi muka air laut telah mengakibatkan berubahnya pola iklim di Indonesia. Perubahan pola iklim yang sangat dirasakan di Indonesia adalah berubahnya pola hujan yang biasanya dijadikan sebagai dasar penentuan masa tanam. Kalau pada awalnya petani terbiasa menggarap lahan sawah pada bulan Oktober, kini sebagian sawah baru mulai digarap pada Bulan Desember.

Perubahan iklim juga dapat ditunjukkan dengan kejadian iklim ekstrem yang intensitas semakin tinggi. Terjadi banjir dan kekeringan pada tahun yang sama, saat terjadi anomali iklim maupun saat iklim normal. Serta terjadinya hujan dengan intensitas tinggi tapi dengan durasi pendek, sehingga kerap menyebabkan banjir. Kondisi ini pada akhirnya pun menyebabkan kelangkaan air akibat Cachment area sudah kurang berfungsi.

Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim pada sektor pertanian diperlukan kemampuan sumber daya manusia pertanian dalam hal:
1. Memanfaatkan informasi dari instansi berwenang
2. Melaksanakan petunjuk dari instansui yang berwenang
3. mengembangkan ilmu alamiah yang merupak proses pembelajaran dari alam.
untuk mewujudkan kemampuan tersebut di atas dibentuklah sekolah lapangan iklim. Sekolah lapangan iklim di Indonesia telah dilakukan dan melibatkan banyak instansi seperti BMKG, Deptan, Pemda dan beberapa lembaga swadaya masyarakat lainya.

Lokakarya sekolah lapangan iklim

Bertempat di Hotel New Ayuda dikawasan Cipayung Bogor, Tanggal 9-10 Oktober 2009 Badan Litbang pertanian mengadakan lokakarya sekolah lapangan iklim. Lokakarya ini dimadsudakn untuk mengevaluasi sekolah lapanganm iklim yang telah berjalan serta menyusun langkah ke depan untuk sekolah lapangan iklim ini. Peserta dalam lokarya ini berasal dari berbagai instansi terkait, LSM dan beberapa petani yang terlibat dalam sekolah lapangan iklim.


Sekolah Lapangan Iklim dan Kearifan Lokal


"Pemansan global dan perubahan iklim telah terjadi secara global, tapi perubahan ini harus disikapi secara lokal", inilah pernyataan yang kukutip dari seorang peneliti senior di Badan Litbang Pertanian. Kata-kata ini coba kuterjemahkan bahwa antisipasi perubahan iklim harus dilakukan secara spesifik lokasi, karena antara daerah yang satu dengan yang lain memiliki berbagai perbedaan baik secara geografis dan sosioculture.

Hal tersebut diatas akhirnya mendorong sekolah lapangan iklim untuk memperkuat kearifan lokal dalam menghadapi perubahan iklim. Beberapa kearifan lokal telah kembali dikaji pada beberapa sekolah lapangan iklim seperti di jawa dengan Pranata Mangsa dan Lombok dengan Penanggalan Sasaknya. Pada lokakaya ini pun di presentasikan dua buah makalah hasil dari penelitian dan pengkajian sekolah lapangan iklim dan kearifan lokal tersebut. Makalah tersebut berjudul: Aplikasi Kearifan Lokal Sebagai Salah Satu Penentuan Pola Tanam dan Memanfaatkan Sekolah Lapangan Iklim untuk Memperkuat kearifan Lokal dalam Menghadapi Perubahan iklim.

Dari presentai dan diskusi yang berlangsung dapat diambil sebuah benang merah bahwa kearifan lokal masih relevan dan layak digunakan. Kearifan lokal yang ada dimasyarakat indonesia adalah sebuah ilmu dan khasanah, sebagai hasil proses pembelajaran dari alam. yaitu dari perbintangan, tingkah laku hewan dan tingkah laku tumbuhan. Saya pribadi berpendapat: Sesuai dengan sebuah hukum fisika, dimana ada aksi disitu akan ada reaksi. Ketika alam berubah akibat perubahan iklim maka faktor alampun akan menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Asumsi ini membawa kita pada suatu kesimpulan, sampai kapanpun kearifan lokal akan relevan dan layak digunakan. Yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana kita bisa menjelaskan dinamika kearifan lokal secara ilmiah atau lebih dikenal dengan istilah ilmu modern.

Diskusi-diskusi dari pemaparan dua makalah ini membawa peserta lokakarya pada satu pemahaman bersama, perlunya inventasrisasi kearifan lokal yang ada di Indonesia. Inventarisasi ini kemudian dijelaskan secara ilmiah oleh ahli meteorology, klimatologi dan ekology. Ini adalah sebuah anugrah dan alat termurah yang bisa digunakan untuk memperkirakan iklim, selanjutnya digunakan pada berbagai bidang khususnya bidang pertanian. Salah satu peserta lokakarya ini pun berguman," Bahwa tak ada hal sekecil apapun di dunia ini yang tak bermanfaat".