Hiruk pikuk dunia dan pergumulan hidup kadang telah menyeret batin kita dalam jurang yang melelahkan,membuat kita semakin teralienasi dari makna kehidupan sesungguhnya. bahkan batin kita pun semakin membeku hingga kita tak lagi punya rasa bisa berbagi dengan sesama. saatnya kita sejenak butuh mengistirahatkan kalbu. mengendorkan ketegangan yang mendera. semoga cerita tentang bocah kecil ini bisa kembali membawa batin kita pada ketulusan untuk berbagi dengan sesama.
Ini adalah kisah nyata yang kudapatkan dari seorang trainer di sebuah training yang ku ikuti. Angka 7500 bagi kita adalah angka yang sederhana, Tapi tidak begitu dengan anak kecil berusia 7 tahun di sebuah kota di jawa timur ini.
Peristiwa ini terjadi ketika Jakarta di landa banjir hebat. Seorang manajer di sebuah syariah banking sedang menangani data-data bantuan untuk korban bencana banjir jakarta. tiba-tiba ia berhenti pada sebuah data sumbangan Rp. 7500.Menurut ia itu adalah angka yang aneh. Selama ia menangani masalah ini bertahun-tahun baru kali ini ia menemukan sumbangan dengan jumlah yang boleh dibilang kecil. dan ketika ia memperhatikan asal sumbangan, ternyata sumbangan dikirim dari Bank yang berbeda yang ini berarti sang pengirim harus membayar biaya pengiriman Rp.5000 mendekati angka sumbangannya. Entahlah angka itu menjadi sebuah misteri bagi sang manajer. sungguh dia penasaran dengan angka itu.
Menjawab kepenasarannya, sang manager segera melacak asal sumbangan itu yang ternyata sumbangan itu dikirim dari sebuah bank di sebuah kota di jawa timur. setelah mengkotnac seorang teller di bank tersebut, akhirnya sang manajer bisa menenukan siapa pengirim angka itu. dan bahkan sang manajer bisa mendapatkan contacnya, kebetulan sang teller kenal dengan pengirim yang rumahnya tepat berada di seberang bank tersebut.
Setelah mendapatkan contacnya akhirnya sang manajer menghubungi via telp, ingin berbicara dengan sang pengirim. Ternya nomor contac yang diberikan sang teller adalah nomor contac sang ayah. lalu sang manajer menceritakan alasan mengapa ia menghubungi si bapak dan dari mana ia mendapatkan nomor contac bapak itu. bapak iu menceritakan bahwa yang mengirim uang itu bukan ia tapi anaknya, yang kemudian sang manajer meminta untuk bisa berbicara dengan sang anak. Dengan nada bergetar si bapak itu menjawab," Bapak tak akan pernah bisa berbicara dengan anak saya selamanya. karena saat ini saya sedang memeluk anak saya yang penuh dengan linangan darah".
Pengirim uang itu adalah seorang bocah kecii yang baru berumur 7 tahun. berawal ketika di televisi si anak menonton berita tentang banjir hebat yang terjadi di Jakarta. Tiba-tiba si anak mengambil tabungannya dan memecahkannya. ternyata uang tabungannya baru berjumlah Rp.12.500. Lalu si anak pergi ke bank di seberang rumahnya untuk mengirim uang itu. Ia sempat sangat sedih karena uang itu harus dipotong Rp.5000 untuk biaya administrasi pengiriman. Terpaksa ia hanya mengirim Rp. 7500.
Setelah mengirim uang itu dengan senangnya ia menyebarang ke rumahnya. Tapi saat itu Allah berkehendak menjemput bocah kecil itu dalam sebuah kecelakaan yang menewaskan nyawanya seketika.
semuanya dilakukan tanpa sepengetahuan orang tuanya. tapi sungguh sang bapak merasa tersentuh dan bangga dengan sikap yang dilakukan anak itu. Sang manajer dengan keiklasannya datang menemui sang bapak dari anak yang telah mengirim uang 7.500. Karena ia inigin bertanya dan belajar kepada sang bapak itu, bagaimana ia mendidik sang anak. hingga ketulusan luar biasa dimiliki sang anak.
seungguh cerita yang sederhana ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.
kadang kita memang perlu belajar dari kepolosan dan kejujuran anak-anak itu... mereka memanndang sesuatu secara sederhana tidak seperti kita yang kadang memandang sesuatu dengan begitu rumitnya.
semoga suatu saat kita bisa menjadi orang tua dari anak-anak yang begitu mulia ini. amin...