Gresik United In Future, Good Suggestion for You



Pura Pengerebongan, Petilan, Kesiman

Redite Medangsia

(07 September 2008)



"Upacara Piodalan Paling Megah Sepanjang Masa : 200 orang pengiring Barong Selem Sakti Singgi, Sanur dan 5000 orang lainnya menyaksikan upacara besar- besaran dengan tari dan kerauhan masal bernuansa Hindu Majapahit kuno yang mencapai titik puncak kerauhan Iwo Jiwo yang dilakoni oleh seorang pemangku Bhatara Dalem Muter dan pengikutnya yang berlangsung di tangga kori pura yang paling tinggi"

─ Made Wijaya, 7 September 08





PENDAHULUAN

(Foto: Made Wijaya)



Pengerobongan adalah upacara piodalan pura yang paling terkenal di Denpasar. Para pemedek dari seluruh wilayah Denpasar, Barong dari Sanur dan wisatawan dari seluruh penjuru dunia menyatu pada perhelatan akbar dengan ciri khasnya, yakni prosesi kerauhan dan tajen (sabung ayam) terbesar yang ada di Bali.

— Made Wijaya, Sunday Bali Post, 20 Mei, 1979















--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------





URAIAN KRONOLOGIS UPACARA OLEH

TIM BALI LUWIH / WIJAYA BLOG


( foto oleh Made Wijaya dan Dewa Junior )





Pukul 16.00

Wartawan Bali Luwih siap terjun ke medan. Dari kiri ke kanan :

Baron William Van Der Wall Bake ( Seksi Humas ),I Bebek ( Pengandek Ni Limbur Bunglun ), Dewa Junior ( Seksi Dokumentasi ).

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Pukul 16.30 wita : Di Dalem

Memasuki pura bersama pengiring Ratu Lanang Singgi ( Barong Singgi ), pemedek sangat ramai dan terdapat banyak Barong dan Rangda



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------



Pukul 16.44 : Belakang Pelinggih/ Candi

Para Gombrang bersiap-siap di Jeroan di belakang pelinggih.





------------------------------------------------------------------------------------------------



Pukul 17.00 wita : Di Dalem

Para Gombrang dan warga lainnya melakukan muspa/ sembahyang bersama sebelum acara kerauhan, Setelah muspa para pemangku memercikan tirta dan tiba saatnya para Gombrang yang berpakaian Rangda mengalami kerauhan. Diiringi para pemedek lainnya yang juga mengalami kerauhan, suasana menjadi sangat mencekam.





Sekelompok pemangku yang dikelilingi Topeng Rangda berdoa di tengah-tengah kepulan asap kayu cendana di antara tatapan dua Barong yang berdiri di dekatnya. Sekelompok anak-anak bertelanjang dada dan sekehe (para pengring) Barong Tohpati, melompat ke dalam kerumunan mereka yang kerauhan. Pada saat yang sama butha kala dan bethara-bethari menari-nari di sekitar pura, sementara sekelompok pria melantunkan kidung. Seorang pemangku bangkit di antara mereka sambil memercikkan tirta (air suci).

— Made Wijaya, Sunday Bali Post, 20 Mei, 1979





















------------------------------------------------------------------------------------------------





Tiba-tiba sebuah teriakan yang memekikkan telinga memecah kesunyian di dalam pura ketika sekitar lima puluh laki-laki secara bersamaan mengalami kerauhan. Sebuah keris dikeluarkan dan diacungkan ke atas diantara kerumunan pemedek yang sangat riuh, saat pakaian seluruh pria yang mengalami kerauhan dilucuti. Bersama Barong dan Randa, mereka dituntun menapaki tangga pura dan keluar menuju jaba Pura, dunia para butha kala, kemudian mengitari Wantilan sebanyak tiga kali. Pada saat bersamaan, tari keris Ngurak disajikan dengan diiringi lantunan gamelan – keris dibengkokkan oleh kekuatan yang sangat besar yang menguasai si penari.

— Made Wijaya, Sunday Bali Post, 20 Mei, 1979





















------------------------------------------------------------------------------------------------



Pukul 17.15 wita : di Dalem

Semua yang mengalami kerauhan menuju ke Jaba untuk mengitari Bale Wantilan tiga kali sambil ngurek















------------------------------------------------------------------------------------------------





Pukul 17.30 : di Dalem

Para Sadeg yang berseragam prajurit Majapahit yang merupakan keturunan prajurit Poleng Kesiman melakukan persembahyangan kemudian semua dalam keadaan kerauhan / kesurupan sambil menunggu para Gombrang dan para pemedek yang kesurupan masuk kembali ke Jeroan/ ke dalam Pura.



Sekelompok pemangku istri dan lanang dengan balutan ikat kepala bermotif poleng kotak-kotak dan mengenakan rompi hitam yang terbuat dari beludru dengan motif yang sangat cantik, mengambil alih bagian akhir dari seluruh prosesi, sambil membawa tongkat pendek yang dikibas-kibaskan, perisai (tameng) kayu yang dilukis, dan kain poleng panjang kotak-kotak yang menjuntai dari atas pundaknya.

Made Wijaya, Sunday Bali Post, 20 Mei, 1979



























-------------------------------------------------------------------------------------------------



Peristiwa iring-iringan kembali ke jeroan merupakan peristiwa sangat indah sepanjang masa. Satu demi satu tubuh yang menggeliat yang berpengangan pada mereka yang berusaha menenangkan, masuk melalui gapura sempit dan langsung roboh – tangan jatuh dengan lunglai diikuti oleh teriakan-terikaan yang keras. Saat mereka kembali memasuki jeroan, mereka dengan segera ditenangkan kembali dengan basuhan air suci, kemudian digiring perlahan-lahan kembali ke dalam kerumunan. Barong dan Randa berjalan menyusuri tangga, menempati posisi kehormatan mereka di bale penyimpenan.

Made Wijaya, Sunday Bali Post, 20 Mei, 1979

























------------------------------------------------------------------------------------------------



Pukul 17.40 wita : di Dalem ( Bale Piasan )

Para Sadeg duduk di Bale Piasan untuk menunggu masuknya para Gombrang dan pemedeknya.




------------------------------------------------------------------------------------------------



Pukul 18.10 wita : menuju Tangga Kuri Agung di Ajeng Pura

Para Sadeg mengantri keluar Pura untuk untuk menyaksikan para pemedek Petilan ngayah (sambil mengitari wantilan sebanyak tiga kali)















------------------------------------------------------------------------------------------------



Pukul 18.20 wita : di tangga atas Kori Agung

Terlihat Para Sadeg dalam keadaan kerauhan kesurupan (dipegang oleh para pemedek) dalam posisi agung di tangga Kuri Agung menyaksikan para pengayah yang sedang ngurek ( menikam diri dengan keris). Peristiwa ini memperingati suatu peperangan jaman dulu di Kesiman.



Para pemangku yang mengenakan kain poleng kotak-kotak kemudian melakukan upacara singkat yang menggambarkan suatu pertempuran besar di masa lalu (pada masa pemerintahan Cokorda Sakti Kesiman). Menurut legenda, para pejuang yang mengenakan kain kotak-kotak, Poleng Kesiman, pernah beradu dalam pertempuran hingga isi perut mereka bergelantungan. Kain panjang yang dibawa pada prosesi ini merupakan simbolisasi dari isi perut dan ritual dari para pemangku yang mengenakan kain poleng kotak-kotak merupakan penghormatan kepada pejuang-pejuang Kesiman.

Made Wijaya, Sunday Bali Post, 20 Mei, 1979





















------------------------------------------------------------------------------------------------



Pukul 18.30 wita : di jaba Pura

Tabuh Rejang Dewa, para Sadeg dan para Mangku Istri menari rejang menghaturkan ayah.







Alunan gamelan lembut dari Legong Mat-Mat-an yang meyerupai Gambuh mengiringi para pemangku lanang dan istri menarikan tari Pendet, tari untuk menyambut para dewa – pemangku istri menangis setengah kerauhan memperagakan tarian singkat “nyayang ring susunan” yang mempresentasikan dengan pekerjaan-pekerjaan perempuan pada saat pertempuran berlangsung. Para pemangku kemudian mengambil keris dan kembali menarikan tari keris di tangga bale penyimpenan sambil membentur-benturkan tubuhnya ke arah Barong yang janggutnya dihiasi bunga kamboja.

Seiring terbenamnya matahari, bethara-bethari pun undur perlahan-lahan dari pura dan kembali ke stananya.

Made Wijaya, Sunday Bali Post, 20 Mei, 1979





-------------------------------------------------------------------------------------------------------







INAN AENG





-------------------------------------------------------------------------------------------------------



INAN AJUM






-------------------------------------------------------------------------------------------------------



INAN AYU






-------------------------------------------------------------------------------------------------------



INAN BUSANA BAIRAWA





-------------------------------------------------------------------------------------------------------



INAN GOMBRANG





-------------------------------------------------------------------------------------------------------



INAN JANTAN









-------------------------------------------------------------------------------------------------------



INAN RATU AYU









-------------------------------------------------------------------------------------------------------



NGELAH GEN GAE ANAK BALI










-------------------------------------------------------------------------------------------------------



FINALIS : INAN KERAUHAN

















-------------------------------------------------------------------------------------------------------



FINALIS : BUSANA MAJAPAHIT





















-------------------------------------------------------------------------------------------------------



PEMENDAK TELADAN



















-------------------------------------------------------------------------------------------------------







(Foto oleh Made Wijaya)