Gresik United In Future, Good Suggestion for You

Mendengar kata Tuhan, persepsi kita tentu akan mengarah kepada sesuatu yang mempunyai sifat-sifat yang superior. Tuhan diyakini sebagai sesuatu yang Maha Ada, Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Pengasih, dan seterusnya. Meskipun semua agama mengakui keberadaan dan eksistensi Tuhan, namun sepanjang sejarah, berbagai kelompok manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda tentang Tuhan.

Tuhan yang kita pahami dan yakini saat ini, bisa jadi berbeda dengan Tuhan yang dipahami oleh orang lain. Ada Tuhannya orang Islam, Tuhannya orang Nasrani, Tuhannya orang Yahudi, Tuhannya orang Hindu, Tuhannya penganut Budha, Tuhannya ajaran Kong Hu Cu, Tuhan para filsuf, Tuhan para ilmuwan, Tuhannya artis Holywood, dan seterusnya. Pemahaman, persepsi, dan keyakinan seseorang tentang Tuhan memiliki perbedaan, sekalipun bisa jadi obyek Tuhan yang dimaksud adalah sama.

Sebagian orang yang memahami Tuhan sebagai sosok yang Maha Kuasa, membayangkan Tuhan seperti sosok yang sangat berkuasa, pemarah, kejam, dan haus akan sesembahan atau sesaji. Oleh karenanya mereka melakukan berbagai macam ritual penyembahan kepada Tuhan agar mereka terbebas dari murka Tuhan dan ganasnya alam. Sebagian orang lagi yang memahami Tuhan sebagai sosok yang Maha Penolong, hanya menjadikan Tuhan sebagai tempat untuk meminta pertolongan pada saat mereka sedang mengalami kesulitan dalam hidup. Bahkan yang lebih ekstrim lagi, sebagian orang hanya menjadikan Tuhan sebagai pengusir setan manakala mereka sedang mengalami ketakutan terhadap gangguan makhluk halus.

Tuhan, antara ada dan tiada. Tuhan ada pada saat kita sedang beribadah kepada-Nya, pada saat kita sedang berdoa kepada-Nya, atau pada saat kita sedang merasakan kehadiran-Nya di dalam batin kita. Namun, Tuhan bisa menjadi tidak ada, pada saat kita sedang sibuk melaksanakan aktivitas keseharian kita, pada saat kita sedang bersenang-senang, tertawa, berdua dengan kekasih kita, atau pada saat kita merasa doa kita kepada-Nya tidak terkabulkan. Tuhan seperti sosok yang bisa muncul kapan saja, dimana saja, dan juga bisa menghilang dan terlupakan begitu saja, tergantung pada situasi, kondisi fisik dan kejiwaan kita.

Sebagian orang yang memandang segala sesuatu hanya berdasarkan apa yang dapat dilihat, disentuh, atau dapat ditangkap oleh panca indera, tentu akan menganggap Tuhan itu sesungguhnya tidak ada dan tidak pernah ada. Menurut mereka, Tuhan hanya ada dalam khayalan manusia yang mempunyai pengharapan besar terhadap sesuatu yang lebih kuat dan berkuasa, sebagai tempat untuk memohon pertolongan dan perlindungan dari ganasnya alam. Manusia pada saat berdoa, mengira dirinya mempunyai hubungan yang langsung dengan realitas yang lebih tinggi (Tuhan), akan tetapi sebenarnya ia hanya berhubungan dengan dirinya sendiri.

Sementara para agamawan dan filsuf yang mempelajari agama secara lebih mendalam, meyakini Tuhan itu ada. Mereka meyakini Tuhan sebagai satu-satunya dzat dengan sifat-sifatnya yang mutlak dan superior. Tuhan yang Maha Ada, Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Pengasih, dan seterusnya. Oleh karenanya hanya kepada Tuhanlah kita bergantung atas segala sesuatu. Tuhan bukan hanya sekedar realitas yang patut disembah dan dimintai pertolongan, akan tetapi Dia adalah sumber dari segala sumber nilai dalam kehidupan kita.

Demikianlah, selama ribuan tahun, Tuhan dipahami secara berbeda-beda oleh umat manusia di berbagai belahan dunia. Meskipun semua agama yang ada mengakui eksistensi Tuhan sebagai sesuatu yang Maha Ada, Maha Pencipta, dan Maha Kuasa yang patut disembah, Tuhan tetaplah sebuah misteri yang tak terjangkau oleh pikiran manusia hingga kini.