Gresik United In Future, Good Suggestion for You

BARONG MEPAJAR DI PURA DALEM SIDAKARYA
Saniscara Pon, Wuku Matal, Sasih Kelima, 01 November 2008

Tiga hari setelah Upacara Penyucian (Pasupati) Barong dan Rangda Sidakarya (pada Kajeng Kliwon, Buda, Matal, Tilem Sasih Kapat, 29 oktober 2008) di Pura Dalem Karang Boma, Sawangan, Nusa Dua. Barong dan Rangda (Ratu Ayu) Sidakarya Mepajar di Pura Dalem Sidakarya. Mepajar merupakan Upacara dalam bentuk tarian sakral yang bertujuan untuk menjaga kesucian, kesejahteraan, dan keharmonisan warga penyungsung dan wilayah sekitarnya.


Sebelum Barong dan Rangda Sidakarya Mepajar, ditampilkan terlebih dahulu tarian Telek dan Jauk.

Penari Jauk dan Telek sedang berhias sebelum pentas



Penari Jauk dan Penari Telek sedang bersembahyang sebelum menari


Tarian Telek keluar duluan sebelum tarian sakral (Sesuhunan)


Tarian Telek

Tari Telek adalah tarian yang melambangkan keayuan/kelembutan dan keramah-tamahan seseorang. Tarian ini biasanya dibawakan oleh 4 orang.

Telek ini sebagai sarana untuk memohon keselamatan bagi segala makhluk hidup di muka bumi dari ancaman marabahaya.



Tari Jauk keluar setelah tarian Telek






Tari Jauk: tarian ini menggambarkan seorang raksasa yang sedang berkelana. Penarinya pria, mengenakan busana yang terdiri dari awiran yang berlapis-lapis, ditambah dengan gelungan jauk dan kaos tangan yang berkuku panjang. Tarian ini lebih bersifat improvisasi dengan struktur koreografi yang fleksible.

Tari jauk bersifat keras seperti namanya, gerakannya pun bringas. energik dan gamelan yang mengirinya bertempo cepat. Tarian ini mempunyai standar gerakan sendiri. Topeng yang di pakai adalah topeng yang berwarna merah, yang melambangkan keberingasan sang raksasa.



Para Penari Telek dan Penari Jauk sedang bercanda



Gombrang (Penari Rangda) sedang mengenakan pakaian Rangda



Para Penari Rangda dan Rarung sedang bersembahyang di Pura Dalem



Pecalang mengiringi Rarung dari Pura ke Jaba Pura (tempat pentas)



Pemangku sedang menghaturkan sesajen kepada Barong, sebelum menari

Barong Ket atau Barong Keket adalah tari Barong yang banyak terdapat di Bali dan paling sering dipentaskan serta memiliki pebendaharaan gerak tari yang lengkap. DiIihat dari wujudnya, Barong Ket ini merupakan perpaduan antara singa, macan, sapi dan boma. Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari kulit, ditempeli kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari perasok (serat dari daun sejenis tanaman mirip pandan), ijuk atau ada pula dari bulu burung gagak.




Barong Keket sedang menari dan akan mengganggu pertapaan Rangda Ratu Ayu

Untuk menarikannya Barong ini diperlukan dua orang penari yang disebut Juru Saluk / Juru Bapang, satu penari di bagian kepala d an yang lainnya di bagian pantat /ekornya. Tari Barong Keket ini melukiskan pertarungan antara kebajikan (dharma) dan kejahatan (adharma) yang merupakan dua hal yang selalu berlawanan (rwa bhineda). Tarian ini merupakan peninggalan kebudayaan pra-Hindu yang menggunakan boneka berwujud binatang berkaki empat atau manusia purba yang memiliki kekuatan magis. Topeng Barong dibuat dari kayu yang diambil dari tempat-tempat angker seperti kuburan, oleh sebab itu Barong merupakan benda sakral yang sangat disucikan oleh masyarakat Hindu di Bali. Secara mitologis, Barong Ket diidentikkan dengan raja hutan alias Banaspati Raja yang umumnya dikeramatkan di Pura Dalem yang ada dimasing-masing desa.


Barong Keket sedang bertempur melawan Rarung


Rangda Ratu Ayu sedang Mesolah


Rangda Ratu Ayu menuju ke pertapaan

Rangda adalah ratu dari para leak dalam mitologi Bali . Makhluk yang menakutkan ini diceritakan sering menculik dan memakan anak kecil serta memimpin pasukan penyihir jahat melawan Barong , yang merupakan simbol kebaikan.

Diceritakan bahwa kemungkinan besar Rangda berasal dari Ratu Mahendradatta yang hidup di pulau Jawa pada abad ke-11 . Beliau diasingkan oleh raja Dharmodayana karena dituduh melakukan perbuatan sihir terhadap permaisuri kedua raja tersebut. Menurut legenda ia membalas dendam dengan menguasai setengah kerajaan tersebut, yang kemudian menjadi miliknya serta milik putra Dharmodayana, Erlangga . Kemudian ia digantikan oleh seseorang yang bijak. Rangda juga berarti janda .

Rangda sangatlah penting dalam mitologi Bali. Pertempurannya melawan Barong atau melawan Erlangga sering ditampilkan dalam tari-tarian. Tari ini sangatlah populer dan merupakan warisan penting dalam tradisi Bali. Rangda digambarkan sebagai seorang wanita dengan rambut panjang yang acak-acakan serta memiliki kuku panjang. Wajahnya menakutkan dan memiliki gigi yang tajam



Ratu Ayu sedang bertapa, dan datang Barong untuk menggganggu pertapaan Ratu Ayu



Ratu Ayu marah dan mengeluarkan kesaktiannya untuk melawan Barong


Ngurek : para Patih Barong kerasukan dan ngayah ngurek sebagai lambang kesetiaan kepada barong