Cerita di balik Nama Pos
konon katanya Gunung Ciremai terkenal dengan kemistuikannya. Tempat - tempat yang kebetulan menjadi pos mempunyai nuansa mistik teramat kuat. Uniknya, tiap - tiap nama pos mempunyai latar belakang tersendiri serta berbeda antar satu dengan lainnya. Di antaranya adalah blok kuburan kuda. Di areal ini konon terdapat kuburan kuda milik tentara jepang. Kuda tersebut , biasa dipergunakan oleh para kempetai untuk mengontrol para pekerja rodi yang menanam kopi. Dan kuburan yang terletak di sebelah barat jalur pendakian, sampai sekarang masih ada dan dikeramatkan oleh penduduk setempat.
Blok papa tere lain lagi. Konon, dahulu di sini pernah terjadi pembunuhan terhadap seorang anak yang dilakukan oleh ayah tirinya . Bermula, sang anak diajak oleh ayah tirinya untuk mendaki gunung Ceremai. Setibanya di tempai ini , sang ayah langsung menikam anaknya hingga tewas.
Sedangkan blok batu lingga merupakan tempat yang sangat disakralkan oleh penduduk setempat. Untuk itu, guna menghindari hal hal yang tak diinginkan maka para pendaki pun dilarang untuk menduduki sebuah batu besar atau berbuat yang tak senonoh di tempat ini. Konon, batu ini pernah dijadikan tempat berkotbah wali songo kepada para pengikutnya . Di dekat batu lingga terdapat sebuah in memoriam pendaki. Menurut kisah pendaki itu tewas karena sesuatu yang aneh di batulingga. Tepatnya, pada tahun 1999 dan dari ketiga pendaki, hanya seorang yang selamat. Sedangkan dua lainnya tewas dengan mengeluarkan lendir dari mulutnya. Menurut kepercayaan, blok batu lingga ini di jaga oleh dua makluk halus bernama aki dan nini serentet buntet.
Blok sangga buana, yang arti harfiahnya adalah penyangga bumi. Areal ini berfungsi untuk menahan aliran lahar bila gunung ceremai meletus. Maksudnya agar lahar tidak mengarah ke linggarjati, tetapi ketempat lain.
Dan akhirnya adalah blok pengsungan atau pengasinan tempatnya amat terbuka. Disini terdapat ladang yang tak pernah layu , edelweiss. Dari tempat ini kita dapat memandang lepas keindahan kota Cirebon serta pemandangan laut Jawa. Bukan hanya itu, disini juga kita bisa puas memandang keindahan matahari terbit . Jarang orang mengetahui jika tempati ini sejajar dengan puncak gunung Slamet yang ada di jawa tengah. Menurut sejarah, pada masa pendudukan Jepang, pengasinan merupakan tempat pembuangan tawanan perang. Mungkin karena itu pada malam malam tertentu, sering terdengar suara jeritan atau derap langkah kaki para serdadu jepang. Sudah barang tentu, suara itu datang dari alam halus.
Keindahan Posko Pengasingan
CERITA LAIN PERJALANAN KAMI
Ketika berharganya setetes air.
Perjalanan kali ini benar-benar mengajarkan kepada ku betapa berharganya setetes air. Persediaan air kami habis sementara perjalanan masih panjang. Dehidrasi tak terelakkan .Oh ya sebagai info di gunung ciremai ini tidak ada sumber air. Air hanya akan di temui di Pos C ibunar. Ini jualah yang membuat pendakian kegunung ini semakin sulit. Inipun membuat kami tidak bisa memasak secukupnya, akibatnya makan siang kami di hari kedua di ceremai hanya kami nikmati dengan 2 sendok mie goreng..
Perjalanan pulang
Perjalanan pulang terasa lebih berat dari keberangkatan. Padahal seharusnya malah lebih gampang karena medan yang kami jalani sudah tak lagi menanjak.. Semakin terasa berat karena mungkin fisik kami yang sudah tak lagi kuat, kehabisan air dan di hari kedua itu kami hanya menikmati makan siang dengan dua sendok mie goreng. Beruntung banyak madu yang bisa kami nikmati. lumayan untuk menambah energi. Karena fisik yang semakin lemah inilah akhirnya beberapa orang diantara kami ada yang cidera terseleo kaki.
Perjalanan pulang dari puncak menuju camp kami mulai sekitar pukul 12.00 Wib. Yang semula kami berangkat terdiri dari tiga tim, ketika perjalanan pulang menuju camp jadi tak lagi beraturan Perjalanan siang hari memang tidak terlalu menakutkan, akhirnya banyak yang memencar. Tapi cerita aneh bermula dari sini. Ketika salah seorang dari tim kami memilih untuk berjalan menuju camp sendiri. Dari penuturannya, dia diikuti oleh seseorang dengan fisik tak terlihat tapi langkah kaki dan hembusan nafasnya teredengar cukup kencang. hm...berpencarnya tim kami akhinrnya menimbulkan banyak cerita. dan membuat perjalanan pulang kami pun terlambat. kelompok pertama mencapai camp pukul 13.00 WIb dan kelompok terakhir sampai di camp pukul 17.00 perbedaan waktu yang cukup jauh. Akhirnya kami turun kebawah, menuju linggar jati setelah magrib. Akhirnya perjalanan turun di malam hari tak terelakkan. padahal dari awal, Komandan sudah mewanti-wanti untuk mempercepat perjalanan agar magrib atau sekitar jam 20.00 kami sudah sampai di linggarjati.
Dalam perjalanan turun, tim dibagi menjadi dua. Tim Pertama dan tim kedua terpisah cukup jauh. Karena di tim kedua terdapat beberapa orang yang cidera sehingga perjalanan tidak bisa di percepat. Bahkan tim dua (kebetulan aku masuk dalam tim 2) sempat berhenti beberapa jam karena butuh waktu untuk menormalkan kondisi teman-teman yang kakinya cidera. Perjalanan semakin terassa mencekam ketika melewati jalur yang paling berat dengan kemiringan mencapai 90 derajat dan daerah yang paling mistis ( tanjakan seruni, tanjakan bimbin, dan pos kuburan kuda).di tempat inilah akhirnya salah seorang di timku dan di tim pertama melihat dan menyaksikan begitu banyaknya makluk-makluk lain bergentayangan. Dan jenis yang paling banyak katanya adalah kuntilanak he... dan informasi ini didukung oleh beberapa pendaki yang ngecamp di posko parung kuda